Minggu, 04 Mei 2014

Skala Dalam Arsitektur

Capture

Skala dalam arsitektur menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen tertentu yang ukurannya sesuai dengan manusia.
Patung Pangeran Diponegoro di Taman Monumen Nasional bila dilihat dari jarak tertentu sulit untuk diperkirakan berapa tinggi patung tersebut Namun bila di samping patung tersebut berdiri seseorang, barulah kita dapat memperkirakan ketinggiannya dengan pemikiran bahwa tinggi orang tersebut 1,60 meter. Jadi, jelas bahwa skala akan bermanfaat bila adil ukuran manusia sebagai perbandingannya.
Ada tiga macam skala, yaitu sebagai berikut.
1.    Skala Manusia
Pada skala ini penekanan diarahkan pada penggunaan ukuran dimensi manusia atau gerak ruang manusia terhadap objek atau bendy yang dirancang.
2.   Skala dalam arsitektur adalah suatu kemampuan manusia secara kualitas untuk membandingkan bangunan atau ruang.
Pada ruang-ruang yang masih terjangkau oleh manusia skala ini dapat langsung dikaitkan dengan ukuran manusia. Pada ruang yang melebihi jangkauan manusia penentuan skala harus didasarkan pada pengamatan visual dengan membandingkannya dengan ketinggian manusia sebagai tolok ukurnya.
3.    Skala Ruang dalam Lingkungan Kota
Dalam skala ini lebih banyak digunakan skala manusia dan skala generik. Ada beberapa macam skala ruang dalam suatu lingkungan perkotaan, yakni sebagai berikut.
1)    Skala ruang intim
Merupakan skala ruang yang kecil sehingga memberikan rasa perlindungan bagi manusia yang berada di dalamnya. Pengertian kecil bukan berarti dikecilkan hingga menjadi kerdil.
Sebagai contoh, sebuah taman pada bangunan rumah tinggal cende¬rung untuk membentuk ruang intim. Pada ruang intim ini hampir seluruh detail elemen perkerasan atau tanaman akan terlihat jelas. Bentuk, tekstur, warna, dan aroma perlu menjadi pertimbangan perancangan dalam menerapkan skala ruang kecil. Biasanya untuk skala ruang ke¬cil keintiman akan timbul karena gerak manusia sangat terbatas.
2)   Skala ruang monumental
Merupakan skala ruang yang besar dengan suatu objek yang mempunyai nilai tertentu sehingga manusia akan merasakan keagungan dari ruang tersebut. Manusia akan terangkat perasaan spiritualnya dan terkesan pada keagungan yang dirasakannya. Tugu Monumen Nasional merupakan suatu contoh yang jelas pada penggunaan skala monumental.
3)    Skala ruang kota
Merupakan skala ruang yang dikaitkan dengan kota serta ling) ungan manusianya, sehingga manusia merasa memiliki atau kerasan pada lingkungan tersebut.
Plasa kota merupakan suatu contoh yang jelas. Ukuran lugs plasa sebaiknya minimum sama dengan bangunan utama dari plasa tersebut, sedangkan maksimum sebaiknya dua kali bangunan utama. Plasa yang besar dan dikelilingi oleh bangunan kecil menjadi tidak sesuai skalanya, demikian pula halnya bila sebuah objek menara tinggi di antara rumah- rumah kecil.
4)    Skala ruang menakutkan
Pada skala ini objek bangunan mempunyai ketinggian yang berada jauh di atas skala ukuran manusia. Hal ini akan terasa bila kita berjalan di antara bangunan tinggi dengan jarak antarbangunan yang berdekatan.
Sudut pandang manusia secara normal pada bidang vertikal adalah 60°, namun bila melihat secara lurus ke depan atau menuju ke titik objek secara intensif maka sudut pandangannya menjadi 1°.
Mirten dalam tulisannya, Skala in Civic Design, menyatakan bahwa bila orang melihat lurus ke depan maka bidang pandangan vertikal di atas bidang pandangan horizontal mempunyai sudut 40°.
Orang dapat melihat keseluruhan bila sudut pandangannya 27°, atau dalam perbandingan jarak bangunan (distance) dibagi dengan tinggi bangunan (house) sama dengan 2.

Menurut Yoshinobu Ashiara dalam buku Open Spaces menuliskan tentang perbandingan antara jarak antarbangunan (D) dan tinggi bangunan (H) sebagai berikut.
D/H=1 , ruang terasa seimbang dalam perbandingan jarak dan tinggi bangunannya.
D/H<1 , ruang yang terbentuk akan terlalu sempit dan memberikan rasa tertekan.
D/H>1 , ruang terasa agak besar.
D/H>/2 , pengaruh ruang tidak akan terasa.

Sedangkan menurut Paul D. Spriegen, perbandingan antara tempat seseorang berdiri (D) dengan objek tinggi bangunannya (H), bila;
D/H=1 , cenderung memperhatikan detail daripada keseluruhan bangunan.
D/H=2 , cenderung untuk melihat bangunan sebagai sebuah komponen
keseluruhan bersama dengan detailnya.
D/H=3 , bangunan terlihat dalam hubungan dengan lingkungannya.
D/H=2 , bangunan dilihat sebagai pembatas ke depan saja.

Skala dalam hubungannya dengan Gambar dan Peta
Skala dalam gambar dan peta dinyakan dalam :
1.   Skala angka atau skala pecahan (numeric scale/fraction scale)
Perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sebenarnya dinyatakan dalam bentuk angka/pecahan yang sederhana.
Contoh :
Skala 1 : 100, artinya 1 cm di peta/gambar = 100 cm keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Skala 1 : 50.000, artinya. 1 cm di peta/gambar = 50.000 cm di lapangan.
2. Skala verbal (skala 1 inc : 1 mil atau skala 1 cm : 1 km)
Jenis skala ini sering dipergunakan terutarna pada peta topografi di Amerika atau negara-negara lain yang menggunakan satuan bukan metrik.
Contoh:
Skala 1 inci : 4 mil, 1 inci di peta. 4 mil di lapangan.
Skala 1 cm : 5 krn, 1 cm di peta 5 km di lapangan.
3. Skala grafik (grafic scale atau bar scale)
Skala ini ditunjukkan oleh garis lurus yang dibagi dalam bagian-bagian yang sama di mana tiap bagian menunjukkan kesatuan-kesatuan yang sama.

Untuk memperbesar atau memperkecil skala peta ada beberapa cara. Salah satunya adalah dengan Square Method. Yaitu dengan membuat garis bantu berupa petak-petak atau garis grid pada, kertas gambar yang baru. Petak garis bantu tersebut disesuaikan dengan perbesaran atau perkecilan peta yang diinginkan.

1 komentar: