Rabu, 12 November 2014

PELAKSANAAN PEMBUATAN BETON BERTULANG




a. Pengadukan Beton
Pengadukan beton adalah pencampuran bahan-bahan beton yaitu semen, air, pasir dan kerikil, dalam perbandingan tertentu. Pengadukan dilakukan sampai warna adukan tampak rata, kelecakan yang cukup (tidak cair tidak padat), dan tampak campurannya juga homogen. Pemisahan butir-butir seharusnya tidak boleh terjadi selama proses pengadukan ini. Cara pengadukan dapat dilakukan dengan mesin atau tangan.

Pengadukan dengan tangan. Pengadukan dengan tangan biasanya dipilih apabila jumlah beton yang dibuat hanya sedikit. Cara ini juga dilakukan apabila tidak ada mesin aduk beton, atau tidak diinginkan suara berisik yang ditimbulkan oleh mesin.
Mula-mula semen dan pasir dicampur secara kering di atas tempat yang rata, bersih dan keras serta tidak menyerap air. Pencampuran secara kering ini dilakukan sampai warnanya sama. Campuran yang kering ini kemudian dicampur dengan kerikil dan diaduk kembali sampai merata. Alat pencampur dapat berupa cangkul, sekop atau cetok. Kemudian di tengah adukan tersebut dibuat lubang dan ditambahkan air sebanyak 75 persen dari jumlah air yang diperlukan, lalu adukan diulangi dan ditambahkan sisa air yang 25 persen sampai adukan tampak merata.

Pengadukan dengan mesin. Untuk pekerjaan-pekerjaan besar yang menggunakan beton dalam jumlah banyak, pengadukan dengan mesin dapat lebih memuaskan. Beton yang dibuat dengan mesin lebih homogen dan dapat dibuat dengan faktor air semen yang lebih sedikit daripada bila diaduk dengan tangan.

Beberapa sifat beton segar yaitu:
Ø  Kemudahan dikerjakan (workability).
Ø  Pemisahan kerikil (segregasi).
Ø  Pemisahan air (bleeding) atau pendarahan.

Unsur-unsur yang mempengaruhi kemudahan pengerjaan yakni:
§  Jumlah air yang dipakai; makin banyak air, makin mudah dikerjakan.
§  Penambahan semen juga semakin mudah dikerjakan, karena pasti bertambah pula air yang dipakai agar nilai faktor air semen (fas) tetap.
§  Gradasi yang ideal akan semakin mudah dikerjakan, seperti contoh grafik gradasi pada Gambar 4.
§  Pemakaian butir-butir batuan yang bulat semakin mudah dikerjakan.
§  Pemakaian butir agregat yang lebih kecil semakin mudah dikerjakan.
§  Pemakaian alat penggetar untuk pemadatan beton, lebih mudah dikerjakan.


   Tingkat kemudahan pengerjaan dapat diuj dengan uji slam (slump) untuk mengetahui tingkat kelecakan beton. Pada umumnya nilai slam antara 5 cm sampai 12,5 cm. Ukuran alat uji slump adalah kerucut baja yang berukuran tinggi 30 cm, lebar sisi bawah 20 cm dan sisi atas 10 cm, sisi atas dan bawahnya berlobang. Mula-mula spesi dimasukkan sebanyak kira-kira 1/3 bagian ke dalam kerucut slump (lihat Gambar A), kemudian ditusuk-tusuk dengan tongkat baja sebanyak 25 kali. Selanjutnya adukan ke dua dimasukkan kira-kira sebanyak 1/3 bagian serta ditusuk-tusuk pula, terakhir adukan ke tiga juga demikian. Setelah selesai, permukaan bagian atas diratakan, tunggu 1 menit, lalu tarik kerucut keatas (Gambar B). Nilai slam seperti tergambar, yakni penurunan spesi dari sisi atas kerucut. Slam yang baik seperti tergambar. Apabila betonnya lebih dari 12,5 cm, maka beton tersebut  terlalu encer, kurang baik. Sebaliknya, bila slam kecil dari 5 cm, sulit dikerjakan (diaduk dan dituang serta dipadatkan).

Gambar 5. Alat Uji Slump untuk Menentukan Kelecakan Beton
b. Penuangan Spesi Beton
Cara penuangan/pengecoran dan perawatan dan spesi beton sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas akhir beton di lapangan. Jika seorang teknisi beton telah memilih suatu komposisi campuran yang tepat dan hahan-bahan dasar dicampur secara akurat, maka pada prinsipnya telah merupakan suatu dasar kualitas beton yang baik.
Sebelum penuangan beton, perlu direncanakan jumlah beton yang akan dicor serta jumlah tenaga kerja dan alat-alat bantu yang tersedia. Di samping itu, bekisting harus diperiksa kemanfaatannya dan harus dibersihkan dari sisa-sisa: kotoran, kawat-pengikat dan kayu-kayu. Kayu bekisting (acuan) harus disemprot sampai basah atau diminyaki dengan minyak-bekisting agar pembongkaran bekisting mudah dikerjakan.

Untuk proyek-proyek yang dilakukan dengan pelelangan, biasanya dilengkapi dengan bestek, banyak syarat-syarat yang ditentukan untuk beton dicantumkan dalam sebuah bestek.  Syarat minimal yang perlu dicantumkan adalah:
§  Tingkat kekuatan beton;
§  Tingkat lingkungan;
§  Kondisi konstruksi (beton pra-tekan, beton bertulang, beton tidak bertulang).
Jika mungkin ditambah dengan:
§  Mutu beton;
§  Zona konsistensi (nilai slump);
§  Jenis semen;
§  Bahan kimia tambahan (admixtures);
§  Ukuran butir-butir agregat;
§  Syarat-syarat untuk tujuan yang khusus: misalnya beton dalam air, beton kedap air.
Untuk situasi yang khusus, sewaktu pelaksanaannya harus dapat diperhitungkan ketentuan-ketentuannya.

a.    Pengangkutan spesi beton
  Pengangkutan dari pabrik beton ke lokasi bangunan dapat memakai truk-mixer dan isinya bervariasi dari 4 m3 sampai 8 m3. Isi dari truk-mixer sering dituangkan sementara dalam silo-beton, akan tetapi bila mungkin lebih cenderung spesi beton langsung dicor dalam bekisting.  Seandainya beton dicampur pada lokasi bangunan, maka angkutan ke lokasi bangunan ditiadakan.

d. Penuangan
Pengisian acuan dengan beton sering pula disebut “penuangan atau pengecoran”. Karena spesi beton harus dikerjakan dalam waktu yang singkat, maka ini merupakan suatu pekerjaan yang kritis. Beton mulai mengeras setelah satu jam, maka waktu dari pengadukan beton sampai penuangannya tidak boleh lebih dari satu jam. Ketika pengecoran, harus dilakukan penjagaan yang cukup. Apabila pada penuangan terjadi suatu kesalahan; maka tindakan biaya perbaikannya tinggi dan besar. Pengecoran elemen-elemen: dinding, kolom atau lantai struktural harus dijaga masalah-masalah yang spesifik. Untuk dinding dan kolom jarak “tinggi-jatuh" dari spesi beton tidak boleh jauh, agar mencegah segregasi (pemisahan) spesi beton. Percampuran spesi ini disebabkan karena bahan-bahan yang terberat dan terbesar akan jatuh ke bawah lebih dahulu. Pencampuran beton yang sebelumnya diaduk/dicampur dengan  baik itu akan terpengaruh dan kualitas beton buruk sekali akibat pelaksanaan penuangan yang jelek. Tinggi jatuh penuangan beton segar maksimal dibatasi 1 meter. Untuk pengecoran yang lebih tinggi, gunakan talang-cor atau klep-cor pada bekisting.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengecoran:
§  Apakah tulangan telah terpasang sesuai gambar kerja.
§  Apakah bekisting/acuan telah dibasahi atau diminyaki.
§  Apakah perancah, tangga dan papan injak telah memadai.
§  Apakah tenaga yang terlibat telah cukup.
§  Lampu/listrik telah tersedia (pengecoran malam hari; pemakaian alat penggetar/concrete-vibrator).
§  Apakah bahan-bahan cukup.
§  Apakah bahan tambahan tersedia.
§  Apakah tersedia alat pemadatan.
§  Bagaimana kondisi cuaca.
§  Bagaimana kondisi jalan masuk ke lokasi proyek/rute pengangkutan.

Apabila seluruh aspek tersebut telah beres, maka spesi beton sudah dapat dituang. Jika beton berasal dari produk beton ready-mixdari produsen tertentu, maka perlu dibuat perjajian yang meliputi aspek-aspek antara lain:
§  Banyaknya spesi beton yang disuplai.
§  Komposisi campuran beton, Kekuatan mutu beton;
§  Konsistensi (nilai slump);
§  Tanggal dan waktu disuplai;
§  Suplai spesi beton dalam m3 per jam;
§  Keinginan spesial yang berkaitan dengan bahan kimia tambahan (admixture).

e. Pemadatan
Apabila spesi beton dituangkan dalam bekisting, maka di antara dinding dan spesi beton juga di dalam campuran spesi beton sendiri terdapat banyak udara. Jika selanjutnya tidak dikerjakan apa-apa, maka udara itu akan membentuk banyak ruang-kosong dalam beton. Ruang-kosong ini sangat merugikan bagi kualitas beton. Karenanya, spesi beton yang baru dicor harus "dipadatkan". Pemadatan berarti ruang-kosong (biasanya berupa gelembung udara terperangkap di sekitar tulangan dan di sudut-sudut bekisting) dalam spesi beton akan ditiadakan, agar spesi beton akan menempati seluruh sudut-sudut bekisting dan sekeliling tulangan secara optimal.

Metode pemadatan beton banyak cara dan berbeda-beda pula. Pemadatan dengan tangan yaitu: dengan cara menusuk-nusuk dan menumbuk dengan sepotong kayu atau batang lain misalnya diamter 16 mm yang dinamakan batang tusukan atau rojokan, sedangkan menumbuk yakni dengan menggunakan palu mengetuk-ketuk bekisting. Cara menusuk-nusuk ini didapat spesi-beton yang cukup padat dan kelecakan harus cukup pula agar mendapat hasil yang baik. Karena tenaga tusukan yang digunakan kecil, maka pemadatan spesi beton yang kurang lecak tidak begitu baik.

Metode menumbuk dapat digunakan bila spesi yang dipakai kental. misalkan pada lantai yang tidak begitu tebal. Beton dapat dipadatkan dengan menumbuk untuk tebal lapisan Setinggi-tingginya 100 mm atau 10 cm.

Disamping metode tangan ini untuk pekerjaan beton skala besar biasanya digunakan pemadatan mekanis dan yang umum dipakai adalah jarum-penggetar (concrete vibrator). Jarum penggetar terdiri dari mesin dan selang karet dengan baja lancip yang menggetar antara 3000 dan 12000 getaran per menit.

Pemadatan beton pada pelaksanaan merupakan pekerjaan yang sangat penting dalam menentukan kekuatan beton dan ketahanan beton. Banyak sekali kegagalan beton diakibatkan kurangnya pemadatan, dan terjadinya keropos-keropos pada beton. Dalam praktek, bahaya akibat kurang padat lebih banyak terjadi dibanding dengan kelebihan pemadatannya.

Makin lecak betonnya semakin mudah pemadatannya. Sebaliknya, makin rendah slumpnya makin sulit pemadatannya dan kalau pemadatannya kurang makin tajam penurunan kekuatannya. Di negara seperti Indonesia hampir setiap tahun penuangan beton dilakukan pada cuaca panas, penurunan kelecakan dapat terjadi dalam jangka waktu pendek, oleh karena itu keadaan slump yang rendah seialu merupakan masalah utama.

Jika slumpnya rendah dan beton mulai mengikat, maka tahanan yang dilakukan beton pada alat penggetar sangat besar sehingga pemadatan seialu kurang sempuma dan sering terjadi kerusakan pada alat penggetamya. Alat penggetar cadangan harus selalu tersedia pada setiap proyek. Bila tidak ada alat penggetar cadangan yang berjumlah minimal satu sebaiknya pengecoran dibatalkan.

Agar diinginkan nilai slumpnya tetap tinggi dan kekuatan tekannya tidak menurun, sebaiknya digunakan plasticizer atau super plasticizer untuk menunda pengikatannya. Cukup tidaknya pemadatan yang dilakukan pada suatu proyek sangatlah penting untuk diperhatikan karena dalam kenyataan di lapangan mengukur cukup atau tidaknya pemadatan merupakan masalah yang utama. Para pekerja yang melakukan pekerjaan ini harus dibekali cara-cara praktis untak mengetahui cukup tidaknya pemadatan. Dengan menggunakan panca-indra yang ada diharapkan dapat dilakukan keputusan-keputusan apakah telah atau belum cukup pemadatan yang dilakukan.

Dalam proses pemadatan dapat dilihat keluamya gelembung udara dari beton, dimulai dengan gelembung-geiembung udara yang besar kemudian disertai gelembung-gelembung udara yang kecil (Iihat Gambar). Juga dapat dilihat pada permukaan beton akan mulai bersinar akibat air semen naik ke permukaan akibat pendarahan ('bleeding').Banyak atau sedikit terjadinya pendarahan tergantung dan susunan butir, banyaknya air dan kecepatan spesi mengeras. Akibat dari bleeding ini akan menghasilkan kualitas permukaan beton sangat buruk.

Gambar  Gelembung Udara, Sangkar Kerikil dan Pendarahan (bleeding)

Penggunaan indra pendengaran digunakan untuk memeriksa frekuensi dan alat penggetar. Alat penggetar yang berada di luar beton akan mengeluarkan suara yang nyaring berfrekuensi tinggi, tetapi begitu dimasukkan dalam campuran beton maka suaranya menjadl rendah dan frekuensinya rendah pula, kemudian lambat laun suaranya akan mencapai frekuensi yang konstan, bila hal ini terjadi maka pemadatan sudah cukup.

Akibat dari tinggi-jatuh yang tinggi atau kerapatan tulangan dalam bekisting, dan jarak dinding bekisting yang terlalu dekat, dapat terjadi sangkar kerikil (Gambar). Hal ini adalah pengumpulan kerikil di satu tempat di mana kadar pasir dan semennya sedikit. Sangkar kerikil ini dapat dicegah secara:
-       tinggi-jatuh yang rendah (maksimal 1 meter saja),
-       kecukupan ruangan antara tulangan dan bekisting,
-       ukuran butir-butir sesuai dengan ruang bebas di bekisting,
-       serta pemampatan yang baik.

Gambar Kesalahan pemadatan beton; Keropos

f. Perawatan Kemudian (Rawatan Keras)
Bila seluruh pekerjaan yang dibahas di atas diterapkan dengan benar, ini akan merupakan dasar dari beton yang baik. Tetapi ketika mengeras perlu perawatan juga. Tindakan-tindakan yang diambil setelah penuangan, agar mendapat situasi pengerasan yang optimal akan dirangkum dalam paragraf "perawatan-kemudian".

Fungsi primer dari perawatan-kemudian adalah menghindarkan:
-   kehilangan zat-cair yang banyak ketika pengerasan beton jam-jam awal;
-   kebanyakan penguapan air dari beton pada pengerasan beton hari pertama;
-   perbedaan temperatur dalam beton yang mengakibatkan rengat-rengat atau retakan pada beton.

Retakan umumnya tidak diinginkan (tampak yang jelek), tetapi yang lebih berbahaya adalah akibat retakan ini kualitas permukaan beton sangat berkurang. Juga, karena retakan ini bahan-bahan perusak dapat masuk mencapai tulangan dan hal ini tidak diingini. Penanggulan kehilangan zat-cair (air) persis setelah penuangan, dapat dicapai sebagai berikut:
-   dibiarkan dalam bekisting;
-   menutupi dengan lembar plastik;
-   menutupi dengan goni-basah;
-   menggenangi dengan air (bagian struktur yang datar);
-   menyemprot/memerciki dengan air terus-menerus pada permukaan beton;
-   menyemprot permukaan beton dengan 'curing compound'



Tidak ada komentar:

Posting Komentar