Jumat, 21 November 2014

Rencana dan Kesalahan Sistem Drainase

 
Kesalahan dalam Sistem Drainase ini dapat menyebabkan terjadinya sistem saluran drainase menjadi tidak berfungsi dengan baik,sehingga dapat menyebabkan terjadinya genangan air di suatu lokasi,
Berikut hal-hal yang mempengaruhi terjadinya suatu genangan air akibat kesalahan dalam drainase: 

  1. Dimensi saluran yang tidak sesuai.
  2. Perubahan tata guna lahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan debit banjir di suatu daerah aliran sistem drainase.
  3. Elevasi saluran tidak memadai.
  4. Lokasi merupakan daerah cekungan.
  5. Lokasi merupakan tempat retensi air yang diubah fungsinya misalnya menjadi permukiman. Ketika berfungsi sebagai tempat retensi (parkir alir) dan belum dihuni adanya genangan tidak menjadi masalah. Problem timbul ketika daerah tersebut dihuni.
  6. Tanggul kurang tinggi.
  7. Kapasitas tampungan kurang besar.
  8. Dimensi gorong-gorong terlalu kecil sehingga aliran balik.
  9. Adanya penyempitan saluran.
  10. Tersumbat saluran oleh endapan, sedimentasi atau timbunan sampah.
Perencanaan sistem drainase
  1. Landasan Perencanaan,Perencanaan drainase perkotaan perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai parasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan. Konsep ini antara lain berkaitan dengan sumberdaya air, yang ada prinsipnya adalah mengendalikan air hujan supaya banyak meresap dalam tanah dan tidak banyak terbuang sebagai aliran, antara lain membuat : bagunan resapan buatan, kolam tandon, penataan landscape dan sempadan.
  2. Tahapan PerencanaanTahap perencanaan drainase perkotaan meliputi :
a. Tahapan dilakukan melalui pembuatan rencana induk, studi kelayakan dan perencanaan detail dengan penjelasan :
  • Studi kelayakan dapat dibuat sebagai kelanjutan dari pembuatan rencana induk.
  • Perencanaan detail perlu dibuat sebelum pekerjaan konstruksi drainase dilaksanakan.
b. Drainase perkotaan di kota raya dan kota besar perlu direncanakan secara menyeluruh melalui tahapan rencana induk.
c. Drainase perkotaan di kota sedang dan kota kecil dapat direncanakan melalui tahapan rencana kerangka sebagai pengganti rencana induk.

Data dan Persyaratan

Sistem drainase perkotaan data dan persyaratan untuk perencanaannya sebagai berikut :

a. Data primer merupakan data dasar yang dibutuhkan dalam perencanaan yang diperoleh baik dari lapangan maupun dari pustaka, mencakup :
  • Data permasalahan dan data kuantitatif pada setiap lokasi genangan atau banjir yang meliputi luas, lama, kedalaman rata-rata dan frekuensi genangan.
  • Data keadaan fungsi, sistem, geometri dan dimensi saluran
Data daerah pengaliran sungai atau saluran meliputi topografi, hidrologi, morfologi sungai, sifat tanah, tata guna tanah dan sebagainya. Data prasarana dan fasilitas kota yang telah ada dan yang direncanakan.

b. Data sekunder merupakan data tambahan yang digunakan dalam perencanaan drainase perkotaan yang sifatnya menunjang dan melengkapi data primer, terdiri atas :

• Rencana Pengembangan Kota
• Geoteknik
• Pembiayaan
• Kependudukan
• Institusi/kelembagaan
• Sosial ekonomi
• Peran serta masyarakat
• Keadaan kesehatan lingkungan permukiman

Masalah dalam Sistem Drainase

• Terjadi Endapan
• Terdapat timbunan Sampah
• Tumbuhnya tanaman liar
• Penyumbatan, kerusakan, penyalah-gunaan saluran dan bangunan
• Peningkatan debit akibat perubahan tata guna lahan

Kamis, 20 November 2014

Sistem Bangunan Pelengkap Drainase


Sistem Drainase dan Bangunan Pelengkapnya
1. Bangunan-bangunan Sistem Saluran Drainase
Bangunan-bangunan dalam sistem drainase adalah bangunan-bangunan struktur dan bangunan-bangunan non struktur.
  • Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur adalah :
- bangunan rumah pompa
- bangunan tembok penahan tanah
- bangunan terjunan yang cukup tinggi
- jembatan
  • Bangunan Non struktur
Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk siap pasang. 
Contoh bangunan non struktur adala :
- Pasangan (saluran Cecil tertutup, tembok talud saluran, manhole/bak control ususran Cecil, street inlet).
- Tanpa pasangan : saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput.
2. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase
Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu sisem saluran untuk fungsi-fungsi tertentu. Adapun bangunan-bangunan pelengkap sistem drainase antara lain :
  • Catch Basin/Watershed
Bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air mengalir bebas di atas permukaan tanah menuju match basin. Catch basin dibuat pada tiap persimpangan jalan, pada tepat-tempat yang rendah, tempat parkir.
  • Inlet
Apabila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan ke dalam saluran tertutup yang lebih besar, maka dibuat suatu konstruksi khusus inlet. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak asuk ke dalam saluran tertutup.
  • Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung gorong-gorong yang dimaksudkan untuk melindungi dari longsor dan erosi
  • Shipon
Shipon dibuat bilamana ada persilangan dengan sungai. Shipon dibangun bawah dari penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah maka pada waktu pembuangannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi keretakan ataupun kerusakan konstruksi. Sebaiknya dalam merencanakan drainase dihindarkan perencanaan dengan menggunakan shipon, dan sebaiknya saluran yang debitnya lebih tinggi tetap untuk dibuat shipon dan saluran drainasenya yang dibuat saluran terbuka atau gorong-gorong.
  • Manhole
Untuk keperluan pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap saluran diberi manhole pertemuan, perubaan dimensi, perubahan bentuk selokan pada setiap jarak 10-25 m. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin supaya ekonomis, cukup, asal dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya lubang manhole berdiameter 60cm dengan tutup dari besi tulang.
  • Gorong-gorong
  • Bangunan terjun
  • Bangunan got miring
Bentuk Saluran dan Fungsi
Fungsi saluran tertutup (sewerage)
  1. Berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan maupun limbah air bekas (air limbah) rumah tangga atau keduanya. Konstruksi sistem saluran ini cocok dipakai untuk pertokoan yang sangat padat dan lahan yang tersedia telah terbatas.
  2. Berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan limbah air bekas dimana fluktuasi debitnya besar.Bentuk yang panjang mengecil ini berfungsi untuk mendapatkan kedalaman air yang cukup untu dapat menghanyutkan endapan padat dan tinja walaupun debitnya kecil.
  3. Berfungsi untuk mengalirkan air hujan dalam jumlah besar dimana bagian atasnya terdapat bangunan. Walaupun daya alirannya tidak sebaik yang berbentu bulat telur, namun pelaksanaannya relative lebih mudah.
Bentuk-bentuk umum saluran terbuka dan fungsinya
  1. Trapesium,Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar,Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuas kecil,Bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah yang masih cukup tersedia lahan .
  2. Kombinasi trapesium dan segi empat,Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar dan kecil,Sifat alirannya berfluktuasi besar dan terus menerus tapi debit minimumnya measih cukup besar.
  3. Kombinasi trapezium dengan setengah lingkaran,Fungsinya sama dengan bentuk (2), sifat alirannya terus menerus dan berfluktuasi besar dengan debit minimum keil. Fungsi bentuk setengah lingkaran ini adalah untuk menampung dan mengalirkan debit minimum tersebut.
  4. Segi empat,Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus dengan fluktuasi kecil.
  5. Kombinasi segi empat dengan setengah lingkaran,Bentuk saluran segi empat ini digunakan pada lokasi jalur saluran yang tidak mempunyai lahan yang cukup/terbatas. Fungsinya sama dengan bentuk (2&3)
  6. Setengah lingkaran,Berfungsi untuk menyalurkan limbah air hujan untuk debit yang kecil. Bentuk saluran ini umum digunakan untuk saluran-saluran ruah penduduk dan pada sisi jalan perumahan padat.

Selasa, 18 November 2014

Drainase untuk Rencana Roof Garden

 
Pada roof garden, drainase adalah sistem terpenting yang harus disiapkan terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena kondisi waterproofing plat lantai yang akan terbebani apabila drainase yang terjadi kurang baik. Roof garden bukan merupakan suatu proyek yang hanya bertahan dalam hitungan bulan atau tahun. Tetapi diharapkan juga dapat bertahan selama puluhan tahun. Tentu saja perawatan dan inspeksi berkala sangat penting, tetapi penggantian sistem secara keseluruhan apabila terjadi kerusakan bukan merupakan opsi dalam rentang waktu hidup roof garden. Dan kerusakan yang terjadi biasanya disebabkan bocornya lapisan water proofing dari plat lantai akibat gagalnya sistem drainase roof garden.
Dari fakta tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem drainase tidak boleh menimbulkan genangan
2. Material harus dapat bertahan lama dan tidak lapuk
3. Ringan dan tipis (ketebalan akan berpengaruh pada penambahan berat pada lantai)
4. Mudah dipasang dan dapat diperbaiki setempat apabila ada kerusakan


Pada sistem roof garden sederhana/ tradisional, cara pembuatan lebih mudah. proses pembuatan roof garden di perumahan :


Dari foto diatas, sistem drainase dibuat dengan bahan batu bata yang disusun membentuk saluran air yang diarahkan pada lubang pembuangan.Ssistem ini memiliki keuntungan mudah, murah (sekitar 50 ribu/ m2) dan tahan lama. Tetapi sayangnya akan membebani atap dan memiliki efek permanen.
pada sistem sintesis, harga yang diminta akan lebih mahal (sekitar 130 ribu/ m2) hanya untuk sistem drainasenya saja. Tetapi tidak membebani struktur dan fleksibel.


Dan semua pilihan kembali pada anda

Senin, 17 November 2014

Sistem Drainase Bandar Udara


Bahasan kita kali ini hanya menyorot lapangan terbang yang landasan pacunya berupa beton yang biasa didarati pesawat jenis Boeing bukan landasan pacu berupa rumput, seperti beberapa lapangan terbang di beberapa daerah di Pegunungan Tengah Papua yang didarati pesawat jenis Twin Otter, Pilatus atau Cessna.

Drainase lapangan terbang intinya difokuskan pada draibase area runway dan shoulder, karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi, maka analisis kapasistas/debit hujan mempergunakan formula drainase muka tanah atau surface drainage. Kemiringan keadaan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau sama dengan 1,50 %, kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5 %.

Selanjutnya, kemiringan kearah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 %, angka-angka tersebut merupakan standar atau ketentuan yang ditetapkan FAA (Federal Aviation Administration) Amerika Serikat. Genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan. Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder, harus ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (interception ditch) dari sisi luar lapangan terbang.

Kira-kira seperti itulah syarat-syarat mutlak drainase lapangan terbang yang harus dimilki suatu bandara, ini dimaksudkan agar hal-hal yang tidak diinginkan  seperti kecelakaan pesawat akibat tergelincir di runway bisa diminimalisir, sehingga kenyamanan dan keamanan pengguna dan pemakai jasa transportasi udara dapat terpenuhi.

Minggu, 16 November 2014

Sistem Drainase Sebagai Pengendali Banjir

 
Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah :
1.  Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder, dan tersier melalui normalisasi maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal. 

Dari masing-masing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut :
  • Jaringan Primer : saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.
  • Jaringan Sekunder : saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer (dibangun dengan beton/plesteran semen).
  • Jaringan Tersier : saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah.
2.   Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan kota.
3. Menunjang kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang terciptanya scenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang sektor unggulan yang berpedoman pada Rancana Umum Tata Ruang Kota.

Sedangkan arahan dalam pelaksanaannya adalah :
  • Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.
  • Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.
  • Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.
  • Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.
  • Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharaannya.
  • Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.

Standardisasi sistem penyediaan drainase untuk penempatan perumahan di pinggiran saluran primer atau sungai yang mengacu pada Provincial Water Reclement (PWR) Bab II pasal 2 tentang “Pemakaian Bebas dari Perairan Umum” (Waterrocilijn), yang berbunyi “Dilarang menempatkan sebuah bangunan apapun, atau memperbaharui seluruhnya atau sebagian dalam jarak diukur dari kaki tangkis sepanjang perairan umum atau bilamana tidak ada tangkis, dari pinggir atas dari tamping (talud) perairan umum kurang dari :
  • 20 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 1 dari verordening ini.
  • 5 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 2 dari verordening ini, demikian juga untuk saluran pengaliran dan pembuangan dengan kemampuan (kapasistet) 4 meter kubik/detik atau lebih.
  • 3 meter untuk saluran-saluran pengairan, pengambilan dan pembuangan kemampuan normal 1 s/d 4 meter kubik/detik.
  • 2 meter untuk saluran-saluran pengairan pengambilan dan pembuangan kemampuan normal kurang dari 1 meter kubik/detik.”

Batas Sempadan Sungai Minimum berdasarkan Peraturan Menteri PU RI nomor 63/PRT/1993, yaitu :
  • Batas Sempadan Sungai Minimum
  • Tipe sungai Diluar kawasan Perkotaan Didalam garis sempadan Keterangan
  • Kriteria Sempadan Kriteria Sempadan
  • Sungai bertanggul diukur dari kaki tanggul terluar - ¬¬5 m - 3 m Pasal 6
  • Sungai tak bertanggul diukur dari tepi sungai Sungai besar luas DPS >500 km2 100 m Kedalaman maksimum >20 m 30 m Pasal 7 dan Pasal 8
  • Kedalaman maks >3 m dan <20 m 15 m
  • Sungai kecil luas DPS <500 km2 50 m Kedalaman maksimum <3 m 10 m
  • Danau/waduk - 50 m - 50 m Pasal 10

Rabu, 12 November 2014

Ukuran Kayu dan Istilahnya

Ukuran Kayu
Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu. Dalam perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah: rangka kuda-kuda, rangka dan gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan.

Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki kelemahan struktural, sehingga pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu memperhatikan sifat-sifat tersebut. Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang populer dibandingkan dengan beton dan baja. Akibatnya saat ini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur menjadi bahan pemerindah (dekoratif).Namun demikian pada kondisi tertentu (misalnya: pada daerah tertentu, dimana secara ekonomis kayu lebih menguntungkan dari pada penggunaan bahan yang lain) peranan kayu sebagai bahan struktur masih digunakan. 

Sebagai bahan struktur kayu mempunyai berbagai kekuatan, khususnya dalam :


1. Menahan Tarikan
Kekuatan terbesar yang dapat ditahan oleh kayu adalah sejajar arah serat, sedangkan kekuatan tarikan tegak lurus arah serat lebih kecil dari pada sejajar serat.


2. Menahan Tekanan (Desak) 
Kayu juga dapat menahan beban desak, baik tekanan sejajar serat maupun tegak lurus serat, misalnya sebagai bantalan kereta api. Daya tahan desak tegak lurus serat lebih kecil bila dibandingkan dengan sejajar serat.


3. Menahan Lenturan
Besarnya daya tahan kayu terhadap lenturan tergantung pada jenis kayu, besarnya penampang kayu, berat badan, lebar bentangan, sehingga dengan dapatnya kayu menaan lenturan maka dapat menahan beban tetap maupun beban kejut/pukulan.




Harga kayu terkait dengan volume (kubik=m3).
  • 1m3 berasal dari 1mx1mx1m, atau setara
  • 100cmx100cmx100cm=1.000.000cm3

Standar Panjang kayu yang lazim adalah 4m (400cm), walaupun dalam kenyataannya produsen/penjualan,menipu pembeli dengan panjang kayu yang semakin menyusut (3,6m sd 3,8m). Pedagang menentukan jumlah batang kayu per m3 berdasarkan asumsi panjang kayu 4m.

Kaso 4×6 (yang artinya ukuran penampang/besarnya kayu 4cmx6cm ), dalam 1m3 terdiri dari (1.000.000 dibagi 400 dibagi 4 dibagi 6), yaitu 104 batang.
  • Seharusnya bila pedagang kayu mengatakan 1m3 terdiri dari 104 batang kaso 4×6, arti seharusnya adalah terdiri dari 104 batang kayu dengan penampang 4cmx6cm dengan panjang tiap kayu 4m.
  • Akhir-akhir ini, penipuan penyusutan kayu mulai dilakukan pada ukuran penampang (besarnya kayu). Kaso 4×6, pada kenyataanya hanya 3×5 bahkan kurang
  • Argumentasi, bahwa hal tersbut akibat pengaruh mata gergaji, tidak bisa diterima. Apapun proses produksi pasti memiliki aspek gross (kotor) dan net (bersih).
Reng Kayu untuk dudukan genteng
  • Reng 2×3, 1m3= 416 batang
  • Reng 3×4, 1m3= 208 batang
Kaso untuk plafon, bekisting ngecor dan kegunaan lain
  • Kaso 4×6, 1m3=104 batang
  • Kaso 5×7, 1m3=  71 batang
Balok untuk kuda-kuda atap, kusen dan kegunaan lain
  • Balok 5×10, 1m3=50 batang
  • Balok 6×12, 1m3=34 batang
  • Balok 8×15, 1m3=20 batang
Papan, untuk lisplang, bekisting ngecor, furniture dan kegunaan lain
  • Papan 2×10
  • Papan 2×20
  • Papan 3×20
  • Papan 3×30

 Main Kayu

Praktik penipuan kayu yang mengakar ini, yang sengaja dibiarkan tumbuh berkembang oleh produsen/pedagang, aparat pemerintah, pemuka masyarakat dan agamawan, merupakan salah satu contoh menipu adalah bagian dari nilai luhur bangsa Indonesia. Istilah main kayu yang ditanggapi banyak orang dengan meringis atau senyum kecut, merupakan pertanda di bawah alam bawah sadar, orang tersebut tidak anti menipu.



Sumber : http://hakikigavrila.wordpress.com/perihal/ukuran-kayu-dan-istilahnya/




Jenis Kayu Perdagangan Indonesia


  1. PENGANTAR
    Tulisan ini dibuat utamanya adalah untuk dibaca masyarakat umum, agar informasi yang ada di dalamnya dapat diketahui dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan. Sumber Data dan Informasi yang tertuang dalam tulisan ini adalah Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor.
  1. PENGERTIANPengawetan adalah daya tahan kayu terhadap serangan hama yaitu serangga dan jamur.Kekuatan adalah daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis dari luar, antara lain : daya dukung, daya tarik, daya tahan dan sebagainya.Kelas Awet adalah tingkat kekuatan alami sesuatu jenis kayu terhadap serangan hama dinyatakan dalam kelas awet I, II, III. Makin besar angka kelasnya makin rendah keawetannya.Kelas Kuat adalah tingkat ketahanan alami suatu jenis kayu terhadap kekuatan mekanis (beban) dinyatakan dalam Kelas Kuat I, II, III, IV dan V. Makin besar angka kelasnya makin rendah kekuatannya.
  1. KEGUNAAN
    Artinya angka kegunaan pada lajur 7 adalah sebagai berikut :
1.      Bangunan
2.      Kayu lapis
3.      Mebel
4.      Lantai
5.      Papan dinding
6.      Bantalan
7.      Rangka pintu dan jendela
8.      Bahan pembungkus
9.      Alat olah raga dan musik
10.  Tiang listrik dan telepon
11.  Perkapalan
12.  Patung, ukiran & kerajinan tangan
13.  Finir mewah
14.  Korek api
15.  Pulp
16.  Alat gambar
17.  Potlot
18.  Arang
19.  Obat-obatan
20.  Moulding


  1. PENYEBARAN
    Arti angka penyebaran dalam lajur 6 adalah sebagai berikut :
    1. Sumatera
    2. Jawa
    3. Kalimantan
    4. Sulawesi
    5. Maluku
    6. Nusa Tenggara
    7. Irian Jaya
Sifat dan Kegunaan 120 Kelompok Jenis Kayu Perdagangan Indonesia
No.
Jenis Kayu
B.J. Rata2
Kelas Awet
Kelas Kuat
Penyebaran
Kegunaan
1
2
3
4
5
6
7
1
Agathis
0,49
IV
III
1,2,3,4,5,7
1,2,3,7,8,9,14,15,17
2
Anpupu
0,89
III,I
II,I
5,6
1,4,5,6,10,11
3
Bakau
0,94
III
I,II
1,2,3,4,5,6,7
1,15
4
Balau
0,98
I
I,II
1,3,4
1,4,6,10,11
5
Balsa
-
V
V
2
9,12
6
Bayur
0,52
IV
II,III
1,2,3,4,5,6
1,2,3,7,11,12
7
Bangkirai
0,91
1,II,III
I,II
3
1,2,3,4,6,11
8
Bedaru
1,84
I
I
1,3
1,3,6,9,11,12
9
Belangeran
0,86
II,I,III
I,II
1,3
1,3,4,6,7,11
10
Benuang
0,33
V
IV,V
1,3,4,5
2,8,14,15
11
Benuang Laki
0,39
IV,V
IV,V
2,3,4,5,6,7
1,2,5,8,11
12
Berumbung
0,85
II
II,I
1,3
1,3,4,5,9,11,12,20
13
Bintangur
0,78
III
II,III
1,2,3,4,5,6
1,2,3,4,5,6
14
Bongin
1,82
III
I
1,3
1,3,4,13
15
Bugis K.
0,88
III,IV
II,III
3,4,5,7
1,3,4,5,6,7,11,20
16
Bungur
0,88
II,III
I,II
1,2,3,4,5,6
1,3,4,5,6,7,11
17
Cemara
-
II,III
I,II
1,2,4,5,6,7
1,4,5,6,10,11,18
18
Cempaga
0,71
II,III
II
1,2,3,4,5,6
1,2,3,4,5,6,9,10,11
19
Cempaka
-
II
III,IV
1,2,3,4,5,7
1,2,3,4,5,7,9,12,13,16,17,20
20
Cendana
0,84
II
II,I
2,6
12,19
21
Cengal
0,70
II,III
II,III
1,2
1,2,3,4,5,6,7,11
22
Dahu
0,58
IV
III,IV
1,2,3,4,5,7
3,4,5,13
23
Durian
0,64
IV,V
II,III
1,2,3,4,5
1,2,8
24
Ebony
1,05
I
I
4,5
3,12,13
25
Gadok
0,75
III,II
II,III,I
1,2,4,5,6,7
1,4,5,11
26
Gelam
-
III
II
1,2,3,4,5,6,7
1,4,5,6,10,11,18
27
Gerunggang
0,47
IV
III,IV
1,3,4,5
1,2,8
28
Gia
0,91
I,IV
I,II
3,4,5,7
1,4,5,6,10,11
29
Giam
0,99
I
I
1,3
1,4,6,10,11
30
Gisok
0,83
II,III
II,I
1,3
1,2,3,4,5,7,11
31
Gofasa
0,74
II,III
II,III
4,5,7
1,3,4,5,6,7,9,11,12,18,20
32
Jabon
0,42
V
III,IV
1,2,3,4,5,6
2,8,14,15
33
Jangkang
0,63
IV,V
III,II
1,3,4,5,7
2,5,7,8,12,20
34
Jati
0,70
I,II
II
2,4,6
1,3,4,5,6,10,11,12,13
35
Jelutung
0,40
V
III,V
1,3
2,8,12,16,17,20
36
Jeungjing
0,33
IV,V
IV,V
1,5
1,2,8,14,15
37
Jobar
0,84
I,II
II,I
1,2
1,3,4,5,12,13,18
38
Kapuk Hutan
0,30
V
IV,V
1,2,4,5,6,7
2,8,14,15,20
39
Kapur
0,81
II,III
II,I
1,3
1,2,3,4,5,6,7,11
40
Kedunba
0,84
IV
III
1,3
1,2,3,4,5,6,7,20
41
Kemenyan
0,57
IV,V
III,II
1,2
1,2,5,8,12,14,17,20
42
Kemeri
0,31
V
IV,V
1,2,4,5
2,8,14,15
43
Kempas
0,95
III,IV
I,II
1,3
1,2,4,6
44
Kenanga
0,33
V
IV,V
1,2.4,5,7
2,8,12,14,15,20
45
Kenari
0,55
IV
III
1,2,3,4,5,6
1,2,4,5,7
46
Keruing
0,79
III
I,II
1,2,3
1,2,4,5,6,11
47
Keranji
0,98
I
I,II
1,2,3
1,2,4,5,6,7,11
48
Kesambi
0,01
III
I
2,4,5,6
1,4,5,6,11,18
49
Ketapang
-
III,IV
II,III
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,4,5,7,8,11,14,20
50
Kolaka
0,96
III
I
1,2,3,4,5,6,7
1,4,5,6,11
51
Kuku
0,87
II
I
1,3,4,5,7
3,4,5,11,13
52
Kulim
0,94
I,II
I
1,3
1,2,4,6,10,11
53
Kupang
-
II,IV
II,III
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5,7,11,13,20
54
Lara
1,15
I
I
4,5
1,4,6,10,11
55
Lasi
0,01
II
II
4,5
1,3,4,5,12,13
56
Leda
0,57
IV,V,II
II,IV
4,5
1,2,5,7,8,10,11,20
57
Mahang
-
IV,V
II,IV
1,2,3
1,2,5,7,8,14,15,20
58
Mahoni
0,64
III
II,III
2
1,2,3,4,5,7,11,12
59
Malas K.
1,04
II,III
I
1,3
1,4,5,6,11,18
60
Matoa
0,77
III,IV
II,I,III
1,2,4,5,6,7
1,3,4,7,11
61
Medang
-
III,IV
II,V
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,4,5,7,8,11,12,20
62
Melur
0,52
IV
II,IV
1,2,3,4,5,5,7
1,2,3,4,5,7,9,16,17
63
Membacang
-
II,V
II,III
1,2,3,4,5,5,7
2,5,8,12,14,20
64
Mendarahan
-
V
II,IV
1,2,3
2,5,7,8,20
65
Menjalin
-
V
I,III
1,2,3
1,2,5
66
Mensira G.
0,61
V
II,III
1,2,4,5,6,7
1,2,5,7,20
67
Mentibu
0,53
IV,V
III
1,3
1,2,7,8
68
Merambung
0,38
V
IV,V
1,2,3,4,5,6,7
2,8,14,15
69
Meranti M.
0,55
III,IV
II,IV
1,3,4,5
1,2,3,4,5,8,15
70
Meranti P.
0,54
III,IV
II,IV
1,3,4,5
1,2,3,4,5,8,15
71
Merawan
0,70
II,III
II,III
1,3
1,2,3,4,5,6,7,9,11
72
Merbau
0,88
I,II
I,II
1,2,3,4,5,6,7
1,4,5,6,10,11
73
Merpayang
0,65
V
II,III
1,3
1,2,3,5,7,8,11,20
74
Mersawa
0,46
IV
II,III
1,3
1,2,4,5,11
75
Nyatoh
0,67
II,III
II,I,II
1,2,3,4,5,7
1,2,4,5,7,9,11
76
Nyirih
-
II,III
II
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,4,5,6,7,11,13,18,20
77
Pasang
-
II,IV
I,III
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,4,5,6,11,13,18
78
Patin K.
0,92
I
I,II
1
1,2,3,4,5,6,7,11,12
79
Pelawan
-
I,II
I
1,3
1,4,6,10,11,18
80
Perepat Darat
0,76
III
II
1,3
1,3,4,5,11
81
Perepat Laut
0,78
II,III
II,I
1,2,3,4,5,6,7
1,4,5,7,11
82
Perupuk
0,56
IV,V
II,III
1,3,4
1,2,3,8,14,15
83
Petaling
0,91
I,II
I,II
1,3
1,4,5,6,9,10,11
84
Petanang
0,75
III
II
1
1,4,5,6,11
85
Pilang
0,79
III
II
2,6
1,2,3,4,5
86
Pimping
-
III,IV
I,II
1,2,3,4,5,6,7
1,2,5,6,8,11,14,20
87
Pinang K.
0,66
III,IV
II,III
1,3
1,2,3,4,5,7,11,20
88
Pulai
0,46
III,V
IV,V
1,2,3,4,5,6,7
2,8,12,14,15,16,20
89
Punak
0,76
III,IV
II
1,3
1,2,3,4,5,7,11,20
90
Puspa
-
III
II
1,2,3
1,2,4,5,10,11,18
91
Putat
-
II,III
I,II
1,2,3,4,5,6,7
1,3,4,5,6,7,11,18
92
Ramin
0,63
IV
II,III
1,3
1,2,3,4,5,7,20
93
Rasamala
0,81
II,III
II
1,2
1,4,5,7,10,11
94
Rengas
0,69
II
II
1,2,3
3,4,5,6,12,13
95
Resak
0,70
III
II
1,3,5,7
1,2,4,6,7,11
96
Salimuli
0,64
I,II
II,III
2,5,6
3,4,9,12
97
Sampang
-
V
III,IV
1,2,3
2,5,7,8,12,14,15,20
98
Saninten
0,76
III
II
1,2
1,4,5,7
99
Sawokecik
1,03
I
I
1,2,4,5,6
3,4,5,9,12,13,20
100
Sendok-sendok
0,45
V
III,II
1,3,5,7
2,5,8,12,14,15,20
101
Simpur
-
III,V
I,III
1,2,3,4
1,2,3,4,5,11,18
102
Sindur
-
II,V
II,III
1,3,4,5
1,2,3,4,5,7,11
103
Sonokeling
0,90
I
II
2
3,4,5,9,12,13
104
Sonokembang
0,65
II,I,II
II,I,II
1,2,4,5,6
1,3,4,5,12,13
105
Sungkai
0,63
III
II,III
1,2,3
1,3,4,5,12,13
106
Surian
-
III,V
III,IV
1,2,3,4,5,6,7
1,2,3,5,7,8,11,12
107
Surianbawang
0,60
II,IV
II,III
1,3,5,7
1,2,3,4,5,7,11,20
108
Tanjung
1,08
I,II
I
1,2,4,5,6
1,2,3,4,5,7,11
109
Tembesu
0,81
I
II
1,2,3
1,4,5,6,10,11
110
Tempimis
1,01
I
I
1,4
1,4,5,6,7,9,11
111
Tepis
-
IV,V
II,IV
1,3
1,2,3,5,7,14,20
112
Teraling
0,75
II,IV
II
1,2,4
1,2,3,4,5,7,9
113
Terap
0,44
III,V
III,V
1,2,3,4,5,6,7
1,2,5,8,11
114
Terentang
0,40
IV
III,IV
1,3
2,8,14,15
115
Trembesi
0,61
IV
III
1,2,4,5,6
1,2,3,4,5,7,11,12,13
116
Tualang
0,83
III,IV
II,I,II
1,3,4
1,2,3,4,5,7,11
117
Tusam
0,55
IV
III
1,2,4,6
1,2,8,14,15,16,17
118
Ulin
1,04
I
I
1,3
1,4,6,10,11
119
Walikukun
0,98
II
I
2,6
1,4,5,6,9,10,11,18
120
Weru
0,77
II
II,I
1,2,6
1,3,4,5,13

Sumber : http://www.dephut.go.id/informasi/propinsi/SUMSEL/jenis_kayu_dagang.html