Arsitektur Lansekap pada dasarnya berkaitan erat dengan pembentukan ruang luar atau ruang terbuka. Pembentukan ruang tersebut sangat tergantung dari komponen pembentuk ruang. Sedangkan komponen pembentukan ruang terdiri dari bidang alas, bidang dinding, dan bidang atap. Kualitas nilai ruang tergantung dari fungsi ruang yang diinginkan. Gubahan ruang terhadap fungsi ruang yang ingin dihasilkan dapat tergubah melalui bidang-bidang sebagai komponen pembentuk ruang. Bidang yang dimaksud terbentuk karena adanya unsur material yang direkayasa sesuai bentuk, tekstur, warna, dan ukuran dimensi yang diciptakan. Untuk hal itulah maka pengetahuan dan penguasaan serta pemahaman terhadap material/ bahan lansekap menjadi penting.
Di samping pemahaman terhadap karakteristik bentuk bahan, juga perlu diketahui fungsi, spesifikasi, paska pemeliharaan dari bahan, serta nilai ekonomis.
Dalam Arsitektur Lansekap dikenal 2 (dua) bagian besar material lansekap, yakni material lunak (soft materials) dan material keras (hard materials).
1. Material Lunak (Soft Materials)
Kelebihan dari Arsitektur Lansekap dalam menggubah ruang, adalah dapat "menggubah ruang" dengan komponen material lunak, yaitu tanaman/pepohonan dan air.
Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Jadi dalam perancangan lansekap, tanaman sangat erat hubungannya dengan waktu dan perubahan karakteristik tanaman.
Secara dasar khususnya di iklim tropic, dikenal 2 (dug) macam tanaman ditinjau dari massa daunnya, yakni
• Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants)
• Tanaman yang hijau sepanjang tahun (Evergreen conifers)
Tanaman yang menggugurkan daun (Decidous plants) yang dimaksud adalah jenis-jenis tanaman yang berubah bentuk ataupun warna daunnya sesuai dengan musimnya. Setelah musim pangs daun berguguran, sedangkan menjelang musim hujan daun tumbuh lebat, atau sebaliknya. Contohnya antara lain Flamboyan (Delonix regia), Angsana (Pterocarpus indicus), atau jenis Gymnospermae.
Tanaman yang berdaun sepanjang tahun (Evergreen conifers) dimaksudkan adalah jenis tanaman yang berdaun lebat dan berbunga sepanjang musim, tidak menggugurkan daun. Contohnya antara lain jenis Cemara.
Pemahaman dan penguasaan dari material tanaman yang dimaksud terutama terhadap karakteristik dan habitat tanaman.
· Karakteristik tanaman terdiri dari:
1. bentuk (tajuk, batang, cabang, ranting, dan daun),
2. tekstur (batang dan daun),
3. warna (batang, daun, dan bunga,
4. fungsi tanaman, dan
5. tinggi dan lebar tanaman.
· Habitus tanaman terdiri dari:
1. pola pertumbuhannya,
2. sistem perakarannya,
3. tempat tumbuhnya, dan
4. pola pemeliharaannya.
· Bentuk Tajuk Tanaman
Bentuk tajuk tanaman terdiri dari :
· Fungsi Tanaman
Fungsi tanaman secara ekologis adalah
1. Menyerap CO2 dan menghasilkan 02 (oksigen) bagi makhluk hidup di siang hari.
2. Memperbaiki iklim setempat.
3. Mencegah terjadinya erosi/ pengikisan muka tanah (run off).
4. Menyerap air hujan.
2. Material Keras (Hard Materials)
Telah diuraikan bahwa hal-hal yang perlu dipahami dalam pengetahuan bahan adalah
1. karakteristik bentuk bahan,
2. fungsi,
3. spesifikasi,
4. pasca pemeliharaan dari bahan, serta
5. nilai ekonomisnya.
Material keras dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok besar yaitu :
1. material keras alami (organic materials);
2. material keras alami dari potensi geologi (inorganic materials used in their natural state);
3. material keras buatan bahan metal (inorganic materials used in highly modified state);
4. material keras buatan sintetis/tiruan (synthetic materials);
5. material keras buatan kombinasi (composite material).
a. Material Keras Alami (Organic Materials)
Material ini berasal dari bahan alami, yaitu kayu. Bermacam-macam jenis kayu yang dapat dijadikan bahan material bagi desain lansekap. Kayu dapat dipergunakan sebagai bahan untuk pembentukan furniture lansekap, retaining wall, ataupun perkerasan. Kekuatan kayu berbeda - beda tergantung dari keaweta,inya. Keawetan kayu tergantung dari penempatannya. Kayu yang terlindung dari hujan dan sinar matahari tidak akan lekas rusak. Untuk mempertinggi sifat keawetan kayu, dapat diusahakan dengan mengecat/mengu rang i kadar air, diberi obat pengawet. Untuk penggunaan konstruksi, di Indonesia kayu terbagi dalam 5 (lima) kelas kekuatan (baca Frick Heinz. Ir, Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu, 1982).
1. Kayu kelas 1 (satu), antara lain Kayu hitam (Diospyros celebica Bakh), Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri,T), dan Sawo kecik (Ma nilka ra kauki Dub).
2. Kayu kelas 2 (dua), antara lain Jati (Tectona grandis L.1) dan Puspa (Tetramerista glabra Mig).
3. Kayu kelas 3 (tiga), antara lain Damar (Agathis borneensis Warb) dan Meranti merah (Shorea spec,Div).
4. Kayu kelas 4 (empat), antara lain Kemiri (Aleuritis moluccana Willd) dan Angsana (Pterocarpus indicus,Div).
5. Kayu kelas 5 (lima), antara lain Jeunjing (Albizia falcata, Backer).
b. Material Keras Alami dari Potensi Geologi (Inorganic Materials Used in Their Natural State)
Material yang dimaksud antara lain batu-batuan, pasir, dan batu bata. Material batu-batuan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu susunan dinding ataupun pola lantai. Batu-batuan dapat menghasilkan kesan tekstur kasar atau halus. Batu besar (batu kali) dapat juga dijadikan sebagai ornamen artistik dalam suatu taman.
c. Material Keras Buatan Bahan Metal
Yang dimaksud, antara lain alumanium, besi, perunggu, tembaga, dan baja.
d. Material Keras Buatan Sintetis/Tiruan (Synthetic Materials)
Contoh dari material sintertis atau tiruan, antara lain bahan plastik/fiberglass.
e. Material Keras Buatan Kombinasi (Composite Materials)
Beton dan plywood merupakan contoh dari bahan materials keras buatan kombinasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar