Sabtu, 02 Mei 2015
TEORI ARSITEKTUR SIMBIOSIS DARI KHISO KUROKAWA
Mikro kosmos sebagai pencerminan dari makro kosmos dijabarkan pulaoleh Kisho Kurokawa. Kurokawa menyatakan bahwa arsitektur menjelang dan awal abad ke 21 berada dalam periode Age of Life dimana proses kehidupan : metabolisme, metamorfosis dan simbiosisdapat dicerminkan dalam perwujudan arsitektur. Kita ketahuiKurokawa merupakan salah satu pencetus gerakan Arsitektur Metabolis di tahun 1960-an.
In the age of life, it is the very plurality of life that possesses a superior and rich worth. The rising interest in the environment and the new importance given ecology aim at preserving the diversity of life.
Life is the creation of meaning. The life of the individual and thediversity each species possesses is linked to the diversity of all of thedifferent human cultures, languages, traditions, and arts that exist onthe earth. In the coming age, the machine-age ideal of universality will be exchanged for a symbiosis of different cultures.
Filosofi simbiosis dalam arsitektur dijabarkan Kurokawa secaramendetail dalam bukunya Intercultural Architecture –The Philosophy of Symbiosis (1991). Arsitektur simbiosis sebagai analogi biologis dan ekologis memadukan beragam hal kontradiktif, atau keragaman lain,seperti bentuk plastis dengan geometris, alam dengan teknologi, masa lalu dengan masa depan, dll. Seperti dikatakan Jencks (sebagai pembuka tulisan), arsitektur simbiosis merupakan konsep both-and,mix and match dan bersifat inklusif. Kurokawa mengadaptasi sain kontemporer (the non-linear, fractal, dll.) pun mengambil hikmah dari pemikiran Claude Levi Strauss berkait dengan pernyataan bahwa tiaptempat, wilayah, budaya punya autonomous value dan memiliki struktur masing-masing walau dengan ciri yang berbeda. Dengan demikian mengakomodir keragaman adalah suatu keharusan. Perlu ada jalan untuk menjembatani perbedaan karakter wilayah, budaya dll.Simbiosis diupayakan untuk secara kreatif menjaga hubungan harmonis antar tiap perbedaan, merupakan intercultural, hybridarchitecture.
Dalam karyanya pemukiman di Al-Sarir, Libya 1979 – 84 (1991, 93 -94) Kurokawa memadukan teknologi baru dengan alam padang pasir,antara lain dengan memanfaatkan bahan dasar bangunan sand-bricks, dipadukan dengan materi prefabrikasi untuk bahan atap, juga pengaturan sirkulasi udara, dll. Tiap lay out dan desain diupayakan memenuhi keinginan tiap penghuni sehingga tiap rumah memiliki bentuk yang berbeda walau dengan bahan dan struktur yang sama.
Merupakan perpaduan struktur geometric hasil teknologi dengan bentuk kubah sebagai simbol tradisi Islam (dalam bentuk hyperbolic paraboloid shell) juga area hijau seperti penerapan taman dalam airport serta lansekap hutan tropik
Kondisi alam yang semakin tidak pasti di jaman konseptual dan hightouch seperti sekarang menjadikan pemikiran desain mengarah pada kebijakan dalam mengolah alam, sustainable construction, eko desain.Konsep simbiosis Kurokawa, uraian Mangunwijaya dalam Wastu Citra,pemikiran Green Architecture Jencks dan Broadbent (padaperkembangan terakhir Broadbent pun terlibat pada pemikiran Green Architecture) secara jelas dan komprehensif menyoroti masalahtersebut.
Benang merah dari ciri pemikiran Broadbent, Jencks, Mangunwijayadan Kurokawa (selain mampu memberi gambaran lebih luas,menyeluruh dan multidimensi tentang estetika bentuk dan prosesdesain pada umumnya) adalah kemampuan berpikir metaforis. Bagisaya hal ini yang mampu menjadikan pemikiran-pemikiran keempattokoh ini fenomenal, memiliki visi masa depan dan memenangkan benak saya sebagai „penikmat‟ pemikiran sekaligus merupakan pengalaman estetis. Seperti juga kata Twyla Tharp yang dikutip olehDaniel H. Pink dalam bukunya Misteri Otak Kanan (judul asli adalah AWhole New Mind – 2007), metafor adalah kekuatan yang vital dan pemberi hidup dari semua seni. Selanjutnya Pink menguraikan (2007 :182 -188)
Proses pemikiran manusia pada umumnya adalah metaforis utuh yang disebut oleh sebagian saintis kognotif sebagai rasionalitas imajinatif – menjadi bernilai.
Pemikiran metaforis dapat membantu kita tuk memahami orang laindan diri kita, juga menyadari makna. Imajinasi metaforis penting untuk menempahubungan hubungan empatik dan mengkomunikasikan pengalaman- pengalaman.
Era konseptual juga menuntut kemampuan untuk memahami suatuhubungan diantara hubungan-hubungan, atau dikenal pula dengan istilah pemikiran sistem, pemikiran struktur, pemikiran holistik ataupunmelihat keseluruhan perspektif.
Pengenalan pola, pemikiran keseluruhan perspektif denganbergantung pada penalaran kontekstual yang intuitif memungkinkan para pemimpin untuk memilih kecenderungan-kecenderungan yang bermakna dari campuran informasi di sekitarnya dan berpikir secarastrategis jauh ke masa depan.
Saat menelaah proses berpikir metaforis arsitek-arsitek tersebut kitaakan menemukan bahwa beragam teori yang dijabarkan punya „value‟. Dalam hal ini „value‟ mengarah pada kemampuan membentukpola pikir kita menjadi lebih menyeluruh dan integral, sekaligus jugamembangun kesadaran akan kompleksitas dan konteks permasalahandesain sesuai tuntutan kondisi jaman.
Kekuatan pemikiran desain (yang memberi pula perspektif barutentang estetika bentuk) ditunjang oleh perwujudan nyata dalam karyaoleh arsitek pemikir seperti Mangunwijaya, Jencks, Kurokawa, dkk.menunjukkan bahwa keseimbangan otak kiri dan kanan yang menentukan kekuatan logika, intuisi dan kreativitas kita sungguhpenting dalam mendesain. Pada akhirnya membangun perenungankita untuk berupaya lebih bijak menyikapi beragam permasalaha ndesain yang semakin kompleks dan tidak pasti
sumber : https://www.academia.edu/4689797/10_teori_ttg_arsitektur
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar