Selasa, 27 Januari 2015

DEFINISI IKLIM, Pembagian Iklim, dan Pengaruh Iklim Terhadap Manusia


DEFINISI IKLIM

   Menurut buku “Arsitektur Tropis Lembab”, iklim adalah kondisi fisik lingkungan atmosferik yang merupakan karakteristik lokasi, geografi yang dipengaruhi oleh unsur-unsur suhu udara, kelembaban, angin, curah hujan, dan radiasi matahari yang saling ketergantungan satu sama lainnya.
   Dalam buku “Climate and Architecture” disebutkan bahwa iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu daerah dipermukaan bumi yang berlangsung dalam waktu yang relatif panjang.

PEMBAGIAN IKLIM

Pembagian iklim dalam arsitektur sangat berkaitan dengan faktor kenyamanan (comfort) dalam aitan interaksi pemakai dan bangunan. Dalam hal ini iklim dapat dibagi menjadi 4 katagori utama, yaitu:
  • Iklim Dingin (sejuk) Iklim ini ditandai oleh rendahnya panas dari radiasi matahari akibat sudut matahari yang rendah.Suhu udara rata-rata 15 derajat C dibawah nol (-60 0 s/d -70 derajat F) dan sering dibarengi dengan sejumlah besar hujan. Kelembaban relatif tinggi selama musim dingin.
  • Iklim Moderat (sedang) Iklim ini ditandai dengan variasi panas yang berlebihan dan dingin yang berlebihan pula, namun tak begitu kontras. Suhu rata-rata pada musim dingin 15 derajat C dibawah nol dan suhu terpanas sekitar 25 derajat C. 
  • Iklim Panas Lembab Iklim ini ditandai dengan variasi panas yang berlebihan serta banyak uap air. Serta Suhu rata-rata diatas 20 derajat C dengan kelembaban relatif sekitar 80% - 90%. 
  • Iklim Panas Kering Iklim ini ditandai dengan panas yang berlebihan, kurangnya uap air dan udara kering. Suhu udara rata-rata 25 derajat C, suhu terpanas dapat mencapai 45 derajat C, sedangkan suhu terdingin dapat mencapai 10 derajat C disertai dengan kelembaban relatif yang sangat rendah. 

      PENGARUH IKLIM TERHADAP MANUSIA

      Rancangan untuk pengendalian iklim dan penghematan energi dapat memberikan suatu lingkungan yang menarik bagi manusia. Manusia sebagai pemakai bangunan membutuhkan lingkungan yang serasi, sesuai baginya guna untuk aktifitasnya. Dalam hal ini interaksi bangunan dan iklim sekelilingnya merupakan hal yang penting hingga terciptanya lingkungan yang dimaksud. Pengaruh iklim terhadap manusia dapat ditinjau dalam kaitan sebagai berikut: 

      • Iklim dan Ekologi Tampilan secara sadar dihasilkan oleh acuan yang timbul. Keadaan ini dapat dilihat pada sosial budaya, seperti dalam cara berpakaian dan perancangan bangunan-bangunan tradisional masing-masing daerah.Dalam hal ini bangunan merupakan unsur utama yang menjadi perubahan iklim lingkungan di luar menjadi iklim lingkungan di dalam. Ini berarti bahwa bangunan ikut membentuk sistem keseimbangan ekosistem. 

      • Iklim dan Budaya Budaya manusia sangat tergantung pada kemampuan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain dan mengkoordinir aktifitasnya. Iklim mempengaruhi pola aktifitas baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu iklim mempunyai hubungan langsung dengan perkembangan budaya. Pengaruh ini terlihat dengan kenyataan bahwa iklim mampu memberikan kontak diantara manusia dan lingkungan sosial dan budaya. 

      • Iklim dan Bangunan Berdirinya bangunan di permukaan bumi terus bertambah secara bertahap. Manusia beradaptasi dengan alam melalui bangunan dengan cara: 

      1. Mencari lokasi yang benar dan sesuai bagi huniannya.
      2. Mencari orientasi yang benar 
      3. Membuat bangunan yang benar 
      4. Membuat penghuninya nyaman 
        Sejak dahulu hingga sekarang manusia terus belajar mengatur interaksi bangunannya dengan kondisi iklim sekelilingnya yang sesuai untuk kehidupannya. Oleh kerena itu bangunan yang berdasarkan penghematan energi memerlukan pengetahuan yang baik mengenai iklim setempat. 

      • Iklim dan Kenyamanan Iklim lingkungan diubah (modified) oleh bangunan menjadi lingkungan dalam yang mempengaruhi langsung kenyamanan manusia sebagai pemakai bangunan. Iklim didalam ruangan yang baik dapat membuat manusia beraktifitas dengan baik sesuai dengan kehendaknya. Oleh karena itu ada 2 persyaratan utama dari iklim dalam ruangan, yaitu :

      1. Tidak menyebabkan tekanan (stress) yang mungkin dapat merusak sistem ekologi manusia.
      2. Memberikan rasa aman pada manusia dan lingkungan yang berhubungan dengan aktifitasnya.



      Rabu, 21 Januari 2015

      Perancangan Taman

      Taman Kota Malang

      Asal Mula Konsep Taman

         Pembuatan taman yang dilakukan oleh para penguasa kuno dalam bentuk penataan lahan pertanian dengan variasi pengairannya merupakan wujud pengakuan akan keindahan alam. Pohon yang rindang, bunga warna-warni, aliran air, batu-batu dan berbagai elemen lain dianngap sebagai karunia alam yang memiliki nilai estetika tinggi. Bentuk-bentuk itu kemudian dibawa ke lahan pertaniannya untuk dijadikan taman yang setiap saat dapat dinikmati. 

         Suatu konsep taman untuk kegiatan bersenang-senang barangkali berasal dari mitologi, mengingat rancangan dan susunannya nampak berasal dari praktek penanaman dan pengairan kuno. Sebagian besar kepercayaan-kepercayaan keagamaan di dunia melukiskan taman-taman atau firdaus pada permulaan zaman atau pada akhir kehidupan di muka bumi.

      Taman dalam Skala Kota

         Taman dalam skala kota adalah sebuah ruang terbuka (open space) dimana didalamnya terdapat aktifitas. Taman sebagai ruang terbuka menjadi pilihan warga kota untuk bersantai atau bersenang– senang secara individu atau kelompok. Awal abad ke19 dimana pada saat negara barat merupakan negara industri, taman diciptakan sebagai tempat untuk refresing secara fisik, moral, estetik dan ekonomi. Taman pada saat itu adalah ruang terbuka hanya terdiri dari pohon–pohon (vegetasi) dimana orang dapat menikmati kelegaan di luar kesibukan industri serta melakukan perenungan. Pada dewasa ini taman tidak lagi hanya berfungsi sebagai open space, namun berkembang fungsinya menjadi lebih kompleks, berbagai macam tipe taman memberikan pola–pola aktifitas yang berbeda.



      1. Tipe pertama. Adalah taman yang fungsinya digabung dengan fasilitas olah raga, baik berupa lapangan terbuka dengan street furniture, jogging track, biking, dan olah raga lainnya.Taman menjadi sebuah places for play dan sport park. Taman jenis ini disebut sebagai Taman Aktif. Central Park di New York, Dunia Fantasi (Dufan) di Ancol-Jakarta serta Alun-alun di beberapa kota di Jawa, merupakan contoh taman aktif.
      2. Tipe kedua. Adalah dimana taman berfungsi sebagai sebuah taman rekreasi dengan fasilitas dan moda-moda penikmatan yang lengkap dan orang-orang membayar untuk menikmatinya. Penikmatan kepada rekreasi secara visual yang melibatkan vista pada tiap-tiap obyeknya. Pengunjung berjalan ketiap-tiap obyeknya dan berhenti untuk melihat apa yang ada disana (pertunjukan), sehingga model taman rekreasi ini dapat dikategorikan sebagai “taman rekreasi pasif”. Bundesgaten Park, Cologne, Germany, sebuah contoh taman dengan penanganan aktifitas rekreatif yang sangat berbeda, pengunjung dapat menikmati taman dengan kereta gantung yang membawa pengunjung kesetiap bagian taman dan pengunjung dapat menikmati vista dari atas. Tiap-tiap obyek tujuan berupa gallery, panggung band, theatre, dan obyek lainnya yang tidak memerlukan pelibatan tubuh penontonnya.

      Elemen Taman

      Elemen taman serta prinsip perancangan taman yang dibahas pada bagian ini lebih merupakan refreshing (penyegaran). Penjelasan yang lebih detail dapat dibaca pada berbagai buku pertamanan, antara lain Buku Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap karya Rustam Hakim (2004). 

      Menurut Arifin (2006), dalam perancangan taman perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail elemen-elemennya, agar taman dapat fungsional dan estetis. Elemen taman dapat diklasifikasikan menjadi: 

      a. Berdasarkan jenis dasar elemen : 

      1. Elemen alami 
      2. Elemen non alami (buatan) 

      b. Berdasarkan kesan yang ditimbulkan: 

      1. Elemen lunak (soft material) seperti tanaman, air dan satwa. 
      2. Elemen keras (hard material) seperti paving, pagar, patung, pergola, bangku taman, kolam, lampu taman, dan sebagainya. 

      c. Berdasarkan kemungkinan perubahan: 

      Taman dalam skala besar (dalam konteks lansekap), memiliki elemen perancangan yang lebih beragam yang memiliki perbedaan dalam hal kemungkinan dirubah. Elemen tersebut diklasifikasikan menjadi:

      1. Elemen mayor (elemen yang sulit diubah), seperti sungai, gunung, pantai, hujan, kabut, suhu, kelembaban udara, radiasi matahari, angin, petir dan sebagainya. 
      2. Elemen minor (elemen yang dapat diubah), seperti sungai kecil, bukit kecil, tanaman, dan sebagainya serta elemen buatan manusia.


      Beberapa prinsip desain yang harus diperhatikan dalam pembuatan taman adalah :

      a. Tema, unity. 

      Penetapan tema yang terlihat dari adanya kesan kesatuan (unity) merupakan upaya untuk memunculkan kesan utama, karakter atau identitas. Melalui unity yang terjadi, karakter taman dapat terlihat dengan jelas, misal memiliki karakter sebagai taman bermain, taman rumah, taman formal, taman tropis, dan sebagainya. 

      b. Gradasi, variasi, repetisi. 

      Pembuatan gradasi bertujuan untuk menimbulkan kesan gerak sehingga terkesan dinamis dan berirama. Hal ini akan mencegah kemonotonan. 

      Contoh : 

      1. warna hijau menjadi gradasi hijau tua ke hijau muda 
      2. bentuk bulat diolah menjadi berbagai variasi bulat, misal berdasarkan ukuran (kecil–besar), berdasarkan tekstur (halus – kasar) dan sebagainya. 

      c. Kontras, penarik perhatian. 

      Melalui pembuatan desain elemen tertentu yang memiliki kontras dengan elemen yang lainnya, akan menarik perhatian. Pemberian kontras ini akan memberikan kesan kejutan ataupun klimaks. Kontras, antara lain dapat dibuat dengan menerapkan: 
      1. warna yang menyolok 
      2. bentuk individual yang menarik 
      3. elemen yang unik, misal peletakan elemen tanaman pada lingkungan yang terdiri dari elemen buatan, dan sebagainya. 

      d. Kontrol, balance, skala, sederhana. 

      Prinsip desain ini mampu menjadi aspek penyeimbang, agar taman terkesan harmonis. 
      Pada dasarnya desain merupakan pengaturan dan ekspresi dari elemen-elemen disain. Elemen desain terdiri dari titik, garis, bentuk/pola, warna, tekstur, bunyi, aroma dan gerak. Karakter / sifat yang melekat pada elemen taman ditata berdasarkan prinsip –prinsip desain.


      Perancangan lansekap

      Arsitektur Lanskap

      Definisi Lansekap

         Sebuah rancangan arsitektur haruslah memperhatikan kondisi alam sekitar, elemen-elemen alam seperti topografi, vegetasi dan margasatwa, iklim, tanah dan air haruslah di perhatikan dalam perencanaan sebuah tapak (Katanesse,1980 dalam Susanti, 2000). Pengertian lansekap yang banyak di persepsikan oleh para ahli perancang dan para ahli kebun ialah kenampakan asli dan aspek estektika (Naveh, 1984). Kier (1979) mengartikan lansekap sebagai hubungan antara komponen biotik dan abiotik, termasuk komponen yang berpengaruh terhadap manusia, yang terdapat di dalam suatu sistem yang menyeluruh dan membutuhkan analisa dan konsep yang terpadu. Neef (1967) (dalam Klink, et. al. 2002) memberi pengertian lanskap adalah keharmonisan stuktur dan proses yang di tandai dari sifat karakter sebagian permukaan bumi 


         Menurut Suharto (dalam Susanti, 2000) lansekap mencakup semua elemen pada wajak/karakter tapak, baik elemen alami (natural landscape), elemen buatan (artificial landscape) dan penghuni atau makhluk hidup yang ada di dalamnya (termasuk manusia). Berarti juga sebidang lahan berpagar yang di gunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Dari pengertian – pengertian beberapa ahli diatas dapat di katakan bahwa lansekap merupakan suatu perencanaan antara manusia dan lingkungan yang mencakup semua elemen alam, baik yang buatan maupun yang alamiah, dengan memperhatikan aspek estetika untuk mendapatkan kesenangan dan kenyamanan.


      Elemen Lansekap

      Dalam merancang sebuah taman agar dapat berfungsi secara maksimal dan estetis, perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail terhadap elemen- elemennya (Arifin, 2006). Menurut Sulistyantara (2002) elemen taman, atau di sebut juga unsur taman, adalah apa saja yang berkaitan dengan taman. Elemen taman dapat dibedakan berdasarkan karakter menjadi : 
      1. Material Lunak (soft material)
        Terdiri dari tanaman dan satwa yang ada di lahan maupun yang diadakan pada taman. Manusia juga dapat dipandang sebagai elemen lunak yaitu yang berkepentingan langsung (pemilik) maupun yang tidak langsung. Dalam merencanakan taman, unsur manusia (sosial) sangat perlu di perhatikan.
      2. Material Keras (hard material)Kelompok ini mencakup semua elemen taman yang sifat/karakternya keras dan tidak hidup seperti : tanah, batuan, pekerasan/paving, jalan setapak, pagar, bangunan taman, dan bangunan rumah. Elemen ini juga memunculkan karakter yang kaku, keras, gersang dan sebagainya.

      Ashihara (dalam Susanti, 2000) di dalam bukunya membagi elemen lansekap ke dalam tiga bagian : 
      1. Hard Material : perkerasan, beton, jalan, paving block, gazebo, pagar, dan pergola 
      2. Soft Material : tanaman dengan berbagai sifat dan karakternya 
      3. Street Furniture : elemen pelengkap dalam tapak, seperti bangku taman, lampu taman, kolam, dan sebagainya 

      Menurut Hakim (1993) pembagian elemen lansekap didasari oleh unsur tata hijau dalamnya, yaitu : 

      A. Elemen Keras (hard material) yang berupa perkerasan, bangunan dan sebagainya. Dalam pembentukan perkerasan, dua hal yang perlu di perhatikan adalah fungsi dan estetika (Hakim & Utomo 2003). 
      1. Fungsi, yaitu kegunaan dan pemanfaatan serta waktu pemakaian pada siang atau malam hari 
      2. Estetika, yaitu bentuk desain, ukuran/patokan umum, material (bentuk, tekstur, dan warna), keamanan konstruksi, pola (pattern) 

      B. Elemen Lunak (soft material) yang berupa tanaman. Pemilihan jenis tanaman didasari oleh fungsi dan peletakan tanaman. Adapun fungsi tanaman terbagi sebagai berikut : 

      1. Pengendali Pandangan 

      • Menahan silau yang berasal dari matahari, lampu, pantulan sinar dari perkerasan 
      • Membatasi Ruang, sebagai dinding (border), atap (canopy dari bentuk pohon dan pergola) dan lantai (rumput dan ground cover) 
      • Membentuk kesan “privacy” 
      • Menghalangi pandangan dari hal – hal yang tidak menyenangkan seperti sampah, galian, pembangunan, dan sebagainya. 

      2. Pembatas Fisik 

      • Mengendalikan pergerakan manusia dan hewan, sebagai penghalang dan mengarahkan pergerakan manusia dan hewan 

      3. Pengendali Iklim 

      • Menyerap panas dari sinar matahari dan memantulkannya sehingga menghasilkan suhu yang lebih rendah 
      • Menahan, menyerap, dan mengalirkan angin dengan memperhatikan tinggi, bentuk, jenis, dan kepadatan/lebar. 
      • Mengendalikan kelembaban d. Pengendali Suara 
      • Menyerap kebisingan bagi daerah yang memerlukan ketenangan. Kombinasi lebih dari satu jenis tanaman akan lebih efektif menyerap kebisingan. 

      4. Pengendali Suara 

      • Menyerap kebisingan bagi daerah yang memerlukan ketenangan. Kombinasi lebih dari satu jenis tanaman akan lebih efektif menyerap kebisingan.

      5. Penyaring Bau dan Debu 


      6. Pemberi Udara Segar 

      7. Pencegah Erosi 

      • Mengikat tanah sehingga memperkokoh tanah dan tahan terhadap aliran air di dalam tanah dan tiupan angin. 
      • Menahan air hujan agar tidak langsung ke atas tanah

      8. Habitat Hewan

      • Membantu kelestarian hewan sebagai sumber makanan bagi hewan dan sebagai tempat perlindungan hewan 

      9. Nilai Estetis 

      • Menambah kualitas lingkungan dari segi warna, bentuk, tekstur, dan skala 
      • Meningkatkan nilai estetis taman dengan kombinasi beberapa tanaman dan juga elemen lansekap lainnya 
      • Menciptakan pola (pattern) bayangan pada dinding, lantai dan sebagainya yang dapat berubah-ubah akibat dipengaruhi angin dan waktu. 
      • Menciptakan suatu pemandangan yang menarik dari pola bayangan tanaman dan refleksi dari air yang ada di kolam 
      • Mempertinggi kualitas lingkungan dengan memilih dan menempatkan beberapa jenis tanaman saja dan mengelompokkannya


      Dasar Perancangan Struktur Bangunan




      Beberapa kriteria dasar yang perlu diperhatikan antara lain:


      1. Material struktur 
      Material struktur dapat dibagi menjadi empat (4) golongan yaitu:

      • Struktur kayu
        Struktur kayu merupakan struktur dengan ketahanan yang cukup, kelemahan dari material ini adalah tidak tahan terhadap api, dan adanya bahaya pelapukan. Oleh karena itu material ini hanya digunakan pada bangunan tingkat rendah. 

      • Struktur baja 
        Struktur baja sangat tepat digunakan pada bangunan bertingkat tinggi karena material baja mempunyai kekuatan serta tingkat daktilitas yang tinggi bila dibandingkan dengan material-material struktur yang lain 
      • Struktur beton 
        Struktur beton banyak digunakan pada bangunan tingkat menengah sampai dengan bangunan tingkat tinggi. Struktur ini paling banyak digunakan bila dibandingkan dengan struktur lainnya karena struktur ini lebih monolit dan mempunyai umur rencana yang cukup panjang. 
      • Struktur komposit 
        Struktur ini merupakan gabungan dari dua jenis material atau lebih. Pada umumnya yang sering digunakan adalah kombinasi antara baja struktural dengan beton bertulang. Kombinasi tersebut menjadikan struktur komposit memiliki perilaku struktur antara struktur baja dan struktur beton bertulang. Struktur komposit digunakan untuk bangunan tingkat menengah sampai dengan bangunan tingkat tinggi. 
          Setiap jenis material mempunyai karakteristik tersendiri sehingga suatu jenis bahan bangunan tidak dapat digunakan untuk semua jenis bangunan.

          Spesifikasi material yang digunakan dalam perencanaan struktur gedung ini adalah sebagai berikut:

      Beton f’c = 30 Mpa
      Baja
      • Tulangan Utama fy = 400 Mpa 
      • Tulangan Geser fy = 400 Mpa 
      2. Konfigurasi struktur bangunan

      • Konfigurasi horisontal 
        Denah bangunan diusahakan memiliki bentuk yang sederhana, kompak, dan simetris tanpa mengesampingkan unsur estetika. Hal tersebut bertujuan agar struktur mempunyai titik pusat kekakuan yang sama dengan titik pusat massa bangunan atau memiliki eksentrisitas yang tidak terlalu besar sehingga tidak terjadi torsi. Struktur dengan bagian-bagian yang menonjol dan tidak simetris perlu adanya dilatasi gempa (seismic joint) untuk memisahkan bagian struktur yang menonjol dengan struktur utamanya. Dilatasi tersebut harus memberikan ruang yang cukup agar bagian-bagian struktur yang dipisahkan tidak saling berbenturan saat terjadi gempa.
        Gedung yang mempunyai denah sangat panjang sebaiknya dipisahkan menjadi beberapa bagian menggunakan seismic joint karena kemampuan untuk menahan gaya akibat gerakan tanah sepanjang gedung relatif lebih kecil. 


      • Konfigurasi vertikal 
        Konfigurasi struktur pada arah vertikal perlu dihindari adanya perubahan bentuk struktur yang tidak menerus. Hal ini dikarenakan apabila terjadi gempa maka akan terjadi pula getaran yang besar pada daerah tertentu dari struktur. Gedung yang relatif langsing akan mempunyai kemampuan yang lebih kecil dalam memikul momen guling akibat gempa. 
      • Konfigurasi rangka struktur 
        Ada dua macam yaitu: rangka penahan momen yang terdiri dari konstruksi beton bertulang berupa balok dan kolom, dan rangka dengan difragma vertikal, adalah rangka yang digunakan bila rangka struktural tidak mencukupi untuk mendukung beban horizontal (gempa) yang bekerja pada struktur. Dapat berupa dinding geser (shear wall ) yang dapat juga berfungsi sebagai core walls. 
      • Konfigurasi keruntuhan sruktur 
        Perencanaan struktur di daerah gempa terlebih dahulu harus ditentukan elemen kritisnya. Mekanisme tersebut diusahakan agar sendi- sendi plastis terbentuk pada balok terlebih dahulu dan bukannya pada kolom. Hal ini dimaksudkan karena adanya bahaya ketidakstabilan akibat perpindahan balok jauh lebih kecil dibandingkan dengan kolom, selain itu kolom juga lebih sulit untuk diperbaiki daripada balok sehingga harus dilindungi dengan tingkat keamanan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu konsep yang diterapkan adalah kolom harus lebih kuat daripada balok (strong coloum weak beam).Oleh karena perencanaan ini berada dalam zona gempa sedang maka prinsip yang digunakan adalah disain biasa.


      Sistem Struktur Bangunan


      Sistem Struktur Atas

      Bentuk Bangunan dan sistem struktur rangka bangunan sangat berkaitan erat satu sama lainnya baik dalm arah horizontal maupun vertical.

      Suatu sisem struktur disebut baik bila dicapai hal-hal berikut:

      1. Bentuk dan denah struktur yang simetris
      2. Skala struktur yang proporsional
      3. Tidak adanya perubahan mendadak dari tahanan lateral
      4. Tidak adanya perubahan mendadak dari kekakuan lateral
      5. Pembagian struktur yang seragam dan teratur
      6. Titik berat massa hampir sama dengan titik berat kekakuan 
      7. Tidak sulit dibangun, dan dalam batasan biaya yang memadai

      Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sistem strktur terhadap beban lateral antara lain adalah :
      1. Kekakuan diaphragma dan kekakuan struktur 
      2. Distribusi gaya dan konsentrasi tahanan 
      3. Tahanan pada keliling luar (perimeter) struktur bangunan 
      4. Loncatan bidang vertikal (vertikal set back) 
      5. Diskontinuitas kekuatan dan kekakuan struktur karena adanya balok transfer (transfer girder), lantai transfer (transfer floor) atau dinding struktur yang tidak menerus ke bawah, dan dinding struktur yang letaknya berselang-seling baik dalam arah vertikal maupun horizontal.
      6. ”Soft story effect” 
      7. Ketidakteraturan struktur 
      8. Adanya torsi yang besar tanpa adanya tahanan yang cukup untuk menampung torsi 
      9. Benturan antar bangunan 
      10. Pemisahan bangunan 
      11. Efek kolom pendek (Short column effect) 
      12. Kemudahan pelaksanaan, terutama pada detail sambungan dan kerapatan tulangan.

      Sistem rangka struktur

      Berbagai sistem rangka dapat berupa :
      1. Rigid-Frame 
      2. Truss/Braced-Frame 
      3. Infilled-Frame 
      4. Shear Wall Structures 
      5. Coupled Shear Wall Structures 
      6. Wall-Frame 
      7. Core Structures 
      8. Outrigger + Shear Wall + Braced Structures 
      9. Tubular Structures

         Sistem struktur yang sederhana, beraturan dan tidak terlalu tinggi, analisis beban lateralnya masih dapat dilakukan dengan cara ”quasi statik” tetapi untuk bentuk yang tidak beraturan sudah harus dilakukan dengan 3 dimensi yang disertai dengan analisis dinamik, baik linear maupun nonlinear.

      Sistem struktur disebut baik bila dicapai :

      1. Bentuk dan deh struktur yang simetris. 
      2. Skala struktur yang proporsional. 
      3. Tidak ada perubahan mendadak dari tahana lateral. 
      4. Tidak adanya perubahan mendadak dari kekakuan lateral. 
      5. Pembagian struktur yang seragam dan teratur. 
      6. Titik berat masa hampir sama dengan titik berat kekakuan. 
      7. Tidak sulit dibangun dan dalam batasan biaya yang memadahi.

      Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sistem struktur terhadap beban lateral, antara lain :
      1. Kekakuan diagfragma dan kekuan struktur. 
      2. Distribusi gaya dan konsentrasi tahanan. 
      3. Tahanan pada keliling luar (perimeter) struktur bangunan. 
      4. Loncatan bidang vertikal. 
      5. Diskontinuitas kekuatan dan kekakuan struktur, akibat adanya balok transfer, lantai trasfer, dinding struktur yang tidak menerus, dinding struktur yang letaknya berselang seling.
      6. Soft story effect
      7. Ketidak teraturan struktur. 
      8. Adanya torsi yang besar tanpa adanya tahan torsi. 
      9. Benturan antar bangunan. 
      10. Pemisahan bangunan. 
      11. Effek kolom pendek. 
      12. Kemudahan pelaksanaan, terutama pada detail bangunan dan kerapatan tulangan.



      STANDAR PERENCANAAN BANGUNAN TINGGI


      Secara umum, standar yang dipakai adalah konsep LRFD (Load Resistance Factor Design) , yaitu konsep ketahanan struktur terhadap beban terfaktor dengan tinjauan adanya faktor reduksi kekuatan masing-masing komponen struktur yang diproposikan. 

      Pengertian umumnya adalah, suatu struktur dinyatakan kuat bila dalam setiap perencanaan kekuatan dipenuhi :


      Beban Pada Struktur
      1.Beban Grafitasi
         a. Beban mati, semua bagian dari struktur yang bersifat tetap.
         b. Beban hidup, semua beban yang terjadi akibat penghunian atau pengguna suatu gedung.

      2. Beban Lateral
         a. Beban angin, semua beban pada struktur yang disebabkan oleh selisih tekanan udara.
         b. Beban gempa , semua beban yang terjadi akibat pergerakan tanah akibat adanya gempa.

      3. Beban khusus
      Beban khusus ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang terjadi akibat tekanan air, selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan fondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugaldan gaya dinamik yang berasal dari mesin-mesin, serta pengaruh-pengaruh khusus lainnya. Aksi akibat beban khusus harus diperhitungkan dan ditambahkan pada perhitungan perencanaan sebelumnya yang merupakan suatu rangkaian kombinasi pembebanan


      Perencanaan Struktur-Umum 
      Sistem Struktur. 
      Sistem struktur dari suatu bangunan, merupakan kumpulan dan kombinasi berbagai elemen struktur yang dihubungkan dan disusun secara teratur, baik secara discrete maupun menerus yang membentuk suatu totalitas kesatuan struktur.

      Tujuan Perncanaan Struktur
      Sistem struktur pada bangunan tinggi dirancang dan dipersiapkan agar mampu:
      1. Memikul beban vertical baik statik maupun dinamik 
      2. Memikul beban horizontal, baik akibat angin maupun gempa 
      3. Menahan berbagai tegangan yang diakibatkan oleh pengaruh temperature dan shinkage. 
      4. Menahan external dan internal blast dan beban kejut (impact loads). 
      5. Mengantisipasi pengaruh vibrations dan fatigue

      Pemilihan Sistem Struktur
      Pemilihan sistem struktur bergantung pada beberapa parameter berikut:
      1. Economical consideration, yang meliputi construction cost, nilai kapitalisasi, rentable space variation dan cost of time variation. 
      2. Construction speed yang dipengaruhi oleh profil bangunan, experience, methods dan expertise, material struktur, tpi konstruksi (cast-in-situ, precast atau kombinasi) serta local contruction industry. 
      3. Overall geometry, meliputi panjang, lebar dan tinggi bangunan. 
      4. Vertical profile-building shape.
      5. Pembatasan ketinggian (height restriction) 
      6. Kelangsingan (slenderness), yaitu ratio antara tinggi terhadap lebar bangunan. 
      7. Plan configuration, yaitu depth-widht ratio dan degree of regularity(dapat dilihat pada peraturan seperti UBC atau NEHRP). 
      8. Kekuatan, kekakuan dan daktilitas. Kekuatan berhubungan erat dengan material properties, kekaakuan meliputi kekakuan lentur, kekakuan geser, kekakuan torsi dan daltilitas meliputi strain ductility, curvature ductility dan displacement ductility. 
      9. Jenis/tipe pembebanan, yang ,eliputi beban gravitasi, beban lateral berupa beban angin dan seismic serta beban-beban khusus lainnya. 
      10. Kondisi tanah pendukung bangunan



      STRUKTUR BANGUNAN TINGGI




      Pendahuluan 
         Pembangunan gedung bertingkat sudah dilaksanakan sejak zaman dahulu kala, tetapi yang dikategorikan sebagai “moderen tall building” dimulai sejak 1880s. The “first modern tall building” mungkin adalah gedung Home Insurance Building yang berupa konstruksi baja di Chicago pada tahu 1883 yang kemudian diikuti oleh gedung-gedung pencakar langit lainnya. Gedung-gedung tinggi pada awalnya didominasi oleh struktur baja karena perkembangan industri baja yang cukup pesat, sedangkan perkembangan struktur beton relatif lambat dan baru berkembang pesat pada 1950s. Evolusi dari gedung-gedung pencakar langit secara umum dapat dilihat pada gambar berikut :


      Gambar Evolusi dari gedung-gedung pencakar langit pada periode sebelum 1950.

         Perencanaan struktur suatu gedung bertingkat secara rinci membutuhkan suatu rangkaian proses analisis dan perhitungan yang panjang serta rumit, yang didasarkan pada asumsi dan pertimbangan teknis tertentu. 

         Dengan kecanggihan perangkat lunak yang ada pada saat ini memungkinkan para teknisi untuk merencanakan segala sesuatunya dari berbagai sudut pandang dengan sangat rinci dengan tingkat ketelitian yang tinggi. 

         Perlu disadari bahwa reliabilitas hasil suatu perhitungan sangat tergantung pada mutu masukannya (“Garbage In, Garbage Out”). Seringkali para perencana mengikuti secara penuh seluruh hasil keluaran suatu komputer tanpa mengkaji ulang apakah hasil keluaran tersebut mengandung berbagai kejanggalan. Kadangkala kejanggalan tersebut tidak mudah ditemukan karena para perencana belum atau kurang memiliki kepekaan terhadap perilaku struktur yang direncanakan.

         Proses perencanaan diawali dengan diskusi dan kolaborasi antar disiplin, kemudian perencana struktur akan membuat kriteria perencanaan (design criteria) struktur yang dianggap paling ekonomis serta dapat memenuhi semua persyaratan disiplin lain. Kriteria perencanaan tersebut antara lain meliputi design philosophy, jenis dan besaran pembebanan, kekuatan dan stabilitas, kekakuan dan pembatasan deformasi, layak pakai, rangkak, susut, pengaruh temperatur dan ketahanan terhadap api serta pembatasan penurunan dan perbedaan penurunan termasuk soil-structure interaction.

      Syarat – syarat Umum Perancangan Struktur Gedung meliputi:

      1.Syarat Stabilitas
         a.Statik
         b.Dinamik

      2.Syarat Kekuatan
         a.Statik
         b.Dinamik 

      3.Syarat Daktilitas
         a.Elastik (Fully Elastic)
         b.Daktilitas terbatas (limited ductility)
         c.Daktilitas penuh (full ductility) 

      4.Syarat layak pakai dalam keadaan layan (serviceability)
         a.Lendutan pelat dan balok
         b.Simpangan bangunan (lateral drift)
         c.Simpangan antar tingkat (Interstory drift)
         d.Percepatan (acceleration), khususnya perencangan struktur terhadap pengaruh angin.
         e.Retakan (cracking)
         f.Vibrasi/getaran (vibration)

      5. Syarat Durabilitas (durability)
         a.Kuat tekan minimum beton
         b.Tebal selimut beton
         c.Jenis dan kandungan semen
         d.Tinjauan korosi
         e.Mutu baja

      6. Syarat ketahanan terhadap kebakaran
         a.Dimensi minimum dari elemen/komponen strukur
         b.Tebal selimut beton
         c.Tebal lapisan pelindung terhadap ketahanan kebakaran
         d.Jangka waktu ketahanan terhadap api/kebakaran (struktur atas dan basemen)

      7. Syarat intergritas
         a.Pencegahan terhadap keruntuhan progresif (biasanya diberi penambahan tulangan pemegang antar       komponen beton precast). 

      8. Syarat yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi
         a.Penyesuaian dengan metoda konstruksi yang umum dilakukan pada daerah setempat.
         b.Bahan bangunan serta mutu bahan yang tersedia
         c.Kondisi cuaca selama pelaksanaan
         d.Kesediaan berbagai sumber daya setempat.

      9. Peraturan dan standar yang berlaku.


      Selasa, 20 Januari 2015

      ARSITEKTUR EKOLOGI

         Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Emst Haeckel, ahli dari ilmu hewan pada tahun 1869 sebagai ilmu interaksi dari segala jenis makhluk hidup dan lingkungan. Arti kata ekologi dalam bahasa yunani yaitu “oikos” adalah rumah tangga atau cara bertempat tinggal dan “logos” bersifat ilmu atau ilmiah. Ekologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya (Frick Heinz, Dasar-dasar Ekoarsitektur, 1998).

         Arsitektur yang ekologis akan tercipta apabila dalam proses berarsitektur menggunakan pendekatan desain yang ekologis (alam sebagai basis desain). Proses pendekatan desain arsitektur yang menggabungkan alam dengan teknologi, menggunakan alam sebagai basis design, strategi konservasi, perbaikan lingkungan, dan bisa diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, permukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya. Perwujudan dari desain ekologi arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang sering disebut dengan green building.




      A. Prinsip-prinsip ekologi sering berpengaruh terhadap arsitektur (Batel Dinur, Interweaving Architecture and Ecology – A theoritical Perspective). Adapun prinsip-prinsip ekologi tersebut antara lain:

      a. Flutuation
      Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.

      b. Stratification
      Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.

      c. Interdependence (saling ketergantungan)
      Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan.

      Pola Perencanaan Eko-Arsitektur selalu memnfaatkan alam sebagai berikut :
      Dinding, atap sebuah gedung sesuai dengan tugasnya, harus melidungi sinar panas, angin dan hujan.
      Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat pembangunan harus seminal mungkin.

      Bangunan sedapat mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan bagian Utara-Selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan.

      Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas. Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim/ suhu ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.


      B. Dasar – Dasar Ekologi Arsitektur
      Dalam eko-arsitektur terdapat dasar-dasar pemikiran yang perlu diketahui, antara lain.

      1. Holistik
      Dasar eko-arsitektur yang berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagian.

      2. Memanfaatkan pengalaman manusia
      Hal ini merupakan tradisi dalam membangun dan merupakan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.

      3. Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.

      4. Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak.


      DESAIN PERPUSTAKAAN


         Medesain sebuah bangunan publik di area ring 1 merupakan sebuah tantangan tersendiri dalam sayembara konsep desain perpusnas ini, disatu sisi bangunan public dituntut harus dapat menarik pengunjung dengan bentuk yang atraktif, disisi lain lokasi bangunan yang terletak di Jalan Medan Merdeka Selatan, dengan bangunan eksisting (kelas konservasi B) yang terdapat pada tapak serta terletak tepat di poros monumen nasional (monas) menjadikan sebuah kewajiban untuk mengindahkan polas aksis kota serta kearifan desain bangunan dengan lingkungan sekitar dengan kata lain menurut kami adalah “Biasa, Standar, Konservatif”.

         Dengan keterbatasan dalam mendesain yang ada, sebuah gagasan desain yang kami ambil sebagai jalan keluar adalah membuat sebuah rangkaian cerita melalui pengalaman ruang yang transisional secara linear dengan menggunakan potensi-potensi yang ada yaitu Monumen Nasional, Gedung Trisula, rencana Sculpture,serta Perpustakaan Nasional itu sendiri.


         Dimulai dari monas sebagai vocal point kawasan itu, kemudian diterima oleh ruang terbuka didepan bangunan trisula (bangunan cagar budaya) untuk kemudian diteruskan ke gedung trisula sebagai bangunan penerima yang memiliki nilai historis yang kedepannya kami usulkan dapat berfungsi sebagai museum perpustakaan nasional yang memamerkan sedikit koleksi dan informasi tentang perkembangan perpustakaan nasional.

         Dari gedung Trisula jalan cerita diteruskan pada sebuah sculpture yang rencananya akan dibangun diantara gedung Trisula dan Bangunan Perpusnas, dan untuk merespon dan menghargai kehadiran sculpture tersebut dibuatlah sebuah amphitheatre dan selubung yang menciptakan ruang menikmati sculpture tersebut dan amphitheater tersebut juga dapat digunakan untuk kegiatan ruang terbuka Perpusnas itu sendiri

         Sequence selanjutnya adalah sebuah lobby lingkaran yang berfungsi sebagai pemecah sirkulasi dan merupakan lobby utama dari bangunan perpustkaan nasional. Di dalamnya terdapat ruang pamer indoor serta fungsi-fungsi penunjang seperti retail dan kantor perwakilan rekanan perpustakaan.
      End of sequence adalah sebuah hanging garden yang memiliki fungsi sebagi ruang baca outdoor yang memiliki view langsung kearah monumen nasional menjadi sebuah rangkaian cerita yang tersuguhkan.

      RUANG BACA OUTDOOR

      VIEW MONAS

      Amphitheater + sculpture area

         Gedung Perpustakaan Nasional ini terdiri dari 23 lantai yang terbagi menjadi 4 (empat) jenis perpustakaan yaitu Perpustakaan Koleksi selektif, Perpustakaan Koleksi Khusus, Perpustakaan koleksi anak, Perpustakaan Koleksi Umum dan sisanya merupakan fungsi-fungsi penunjang seperti Kantor pengelola, Ruang sebaguna (auditorium), dan area komersial (gbr pot pembagian per lantai). Adapun pembagian lantai disesuaikan berdasarkan jenis perpustakaan yang ada mengingat banyak koleksi buku/sumber berita yang terdapat pada perpusnas, maka untuk memudahkan pengunjung mendapatkan dengan cepat koleksi buku pada perpustakaan ini



           Penerapan Green Desain serta konsep hemat energi pada bangunan Perpusnas ini melalui beberapa cara, diantaranya adalah pengolahan ruang luar dengan pemanfaatan semaksimal mungkin ruang terbuka sebagai area hijau yang memiliki vegetasi yang bermanfaat selain sebagai pendukung dalam resapan air tanah selain itu berfungsi sebagai payung peneduh aktifitas outdoor.


           Penerapan bangunan hemat energy juga dicapai melalui memperbanyak bukaan dengan material kaca pada sisi utara dan selatan stopsol yang mereduksi panas tapi tetap meneruskan cahaya sehingga penggunaan pencahayaan buatan dapat diminimalisir, sedangkan untuk sisi barat dan timur yang notabene intensitas mataharinya lebih besar digunakan penambahanperforated aluminium solar shading yang bukaannya otomastis bergerak mengikuti arah datang matahari. penggunaan material kaca pada fasadejuga dapat tetap menciptakan kesan bangunan formal yang arif terhadap lingkungan sekitar namun tetap atraktif dengan pengalaman ruangnya.


      PERSPEKTIF PERPUSTAKAAN


      Desain di atas adalah Juara III SAYEMBARA KONSEP DESAIN PERPUSNAS





      Hemat Energi Melalui Green Building




      GREEN SCHOOL BALI

           Desain sebuah gedung maupun rumah harus mengacu kepada konsep ramah lingkungan. Satu hal yang patut disadari bahwa pembangunan sebuah gedung menghasilkan karbondioksida terbesar, yang dampaknya terlihat langsung pada kasus global warming serta climate exchange. Pemakaian energi pada sebuah proyek pembangunan pun dinilai terlampau besar, sementara ketersediaan bahan bakar minyak maupun listrik sedang dalam kondisi penghematan. Oleh karena itu menjadi sebuah keharusan untuk mendesain sebuah bangunan berkonsep ramah lingkungan. Konsep green building atau bangunan ramah lingkungan didorong menjadi tren dunia bagi pengembangan properti saat ini. Green building juga diharapkan mampu berkontribusi secara langsung dalam menahan laju pemanasan global. Tidak hanya sampai disitu, penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan menjadi poin utama yang terus dibahas dalam sebuah konsep green building, sehingga masalah ketersediaan lingkungan hijau mampu terselesaikan dengan baik.

           Selain itu sebuah bangunan yang dibangun dengan konsep green building ternyata lebih memiliki nilai jual yang tinggi. Hal ini semakin membuktikan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup, oleh karena itulah para praktisi dituntut untuk aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sebuah bangunan berkonsep green building. Serta terus berinovasi dalam menghemat penggunaan daya dan energi pada sebuah hunian.


      Peran Aktif Desainer
           Dalam mendirikan sebuah bangunan banyak hal yang mesti diperhatikan. Disinilah peran para arsitek dan desainer diperlukan dalam membangun sebuah bangunan berkonsep green building. Aspek-aspek semacam bahan material, ketersediaan ruangan hijau, hingga instalasi air dan listrik yang optimal namun tetap efisien perlu dibedah secara mendalam kala membangun sebuah produk. Tak hanya sampai disitu proses pembangunan pun perlu ditelaah lebih dalam, semisal pembuangan limbah-limbah bahan bangunan, maupun konsumsi daya listrik dan air. Sehingga kelak ketika bangunan itu berdiri tiada satupun dari bagian alam yang dirugikan.

          Dalam sebuah produk rumah tinggal banyak hal yang bisa dilakukan untuk menghemat penggunaan energi. Semisal dengan memasang banyak kaca dan jendela untuk meminimalisir daya pakai listrik di siang hari dan mengoptimalkan fungsi cahaya matahari ke dalam ruang sebagai pencahayaan. Kemudian menggunakan instalasi keran dengan sensor otomatis, sehingga air hanya dipakai saat dibutuhkan saja.

           Hal-hal simpel semacam inilah yang akhirnya mampu merealisasikan konsep green building pada sebuah rumah tinggal maupun gedung perkantoran. Tak hanya soal material dan gadget yang digunakan, desain sebuah bangunan pun tetap harus diperhatikan. Semisal ruangan dengan sedikit sekat untuk menghemat penggunaan lampu, atau menggunakan panel surya sebagai energi pengganti listrik. Walaupun dinilai mahal namun untuk kedepannya hal ini justru akan lebih hemat dan efisien.
      Sirkulasi udara menjadi bagian yang kalah pentingnya dalam konsep green building, ketersediaan ruang terbuka hijau dinilai sebagai sesuatu yang penting, mengingat isu global warming yang kian terdengar. Dengan hadirnya ruang terbuka hijau pada sebuah hunian, sirkulasi udara di dalam tempat tinggal pun dinilai lebih baik, terlebih jika ketersediann ventilasi udara yang searah sehingga memperlancar sirkulasi pasokan udara dan menghemat penggunaan ac.

      Green Interior
         Interior yang green adalah ruang interior yang tidak membutuhkan banyak energi, air dan tidak menghasilkan terlalu banyak limbah untuk menjadi ruang tinggal yang nyaman secara keseluruhan bagi hidup manusia dalam segala aktifitasnya setiap waktu.


      Pencahayaan
      1. Banyak jendela, pastikan bangunan tidak menghadap ke sumbu barat / timur. Manfaatkan sebanyak mungkin cahaya alami, karena kita berada di negara tropis sehingga sinar matahari lebih banyak memberikan berkas sinar inframerah yang menguntungkan dibandingkan ultra-violet.
      2. Gunakan sensor cahaya di tempat-tempat yang terjangkau sinar matahari, sehingga lampu akan otomatis mati pada saat kebutuhan pencahayaan di ruang-ruang tersebut telah terpenuhi oleh sinar matahari.
      3. Gunakan AC yang sesuai untuk iklim tropis
      4. Pastikan setiap ruangan memiliki view keluar semaksimal mungkin.
      5. Pastikan ada tanaman yang sesuai di depan bukaan-bukaan ruang, untuk menyaring panas dari sinar matahari, sehingga kebutuhan energi untuk mendinginkan ruangan pun bisa diminimalkan.
      6. Gunakan task lighting, dan pilih lampu yang hemat energi.
      Air bersih
          Yang tidak kalah pentingnya dalam green interior adalah penghematan air bersih. Dalam kehidupan sehari-hari, air bersih paling banyak tersedot dari kamar mandi dan dapur, Padahal tidak ada bangunan yang tidak memiliki kamar mandi/toilet dan dapur. Jadi mestinya langkah penghematan air bersih melalui penggarapan disain dan pemilihan material serta fixture yang matang akan membawa perbedaan yang sangat besar bagi keuntungan umat manusia.


      Syarat rumah sehat



      1. Lantai
      Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari semen atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak becek pada musim hujan. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.

      2. Atap
      Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Di samping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng maupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.

      3. Ventilasi
      Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.

      Kelembaban akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua daripada ventilasi adalah membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban (humidity) yang optimum.

      Ada 2 macam ventilasi, yakni :
      Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan-gigitan nyamuk tersebut.
      Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara terebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi, harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.

      4. Cahaya
      Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusakkan mata.

      Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
      Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen didalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu, rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini disamping sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Jalan masuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.
      Cahaya buatan yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.

      5. Luas Bangunan Rumah
      Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini berdampak kurang baik terhadap kesehaan penghuninya, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.

      6. Fasilitas-fasilitas di dalam Rumah Sehat
      Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
      Penyediaan air bersih yang cukup,
      Pembuangan tinja,
      Pembuangan air limbah (air bekas),
      Pembuangan sampah,
      Fasilitas dapur,
      Ruang berkumpul keluarga, Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).

      Di samping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan adalah kandang ternak. Oleh karena ternak adalah merupakan bagian hidup para petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal ini tidak sehat karena ternak kadang-kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka sebaiknya, demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal atau dibuatkan kandang tersendiri.


      KONSEP DESAIN RUMAH SAKIT


      Konsep RS khusus paru dikembangkan 1 abad yang lau ketika belum ditemukan obat obat TB yang ampuh sehingga pasien harus diisolasi disanatorium yang berhawa sejuk makanan bergizi sinar matahari agar kondisi tubuh pasien menjadi lebih hingga daya tahan (sistim imun) mampu mengatasi kuman TB.

      Disamping itu agar pasien tidak menularkan kepada orang lain yang sehat. Dengan berkembangnya ilmu kedokteran dan ditemukan obat obat TB yang ampuh praktis semua pasien TB harus dapat disembuhkan akibatnya RS Khusus TB paru tidak terlalu diperlukan tetapi dikembangkan menjadi rumah sakit khusus paru.

      Namun dalam perkembangan berikutnya ternyata banyak masalah lain pada paru yang memerlukan perhatian yang lebih besar seperti Pneumonia, Asma, Kanker paru, COPD dll akibat industrialisasi, kebiasaan merokok yang makin meluas, perubahan gaya hidup dll kelompok penyakit belakangan menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia disamping masih TB.

      untuk mengatasi masalah yang timbul akibat penyakit yang menonjol belakangan diperlukan Sarana Kesehatan yang lebih lengkap sebagai sarana rujukan. Tepatnya diperlukan pusat2 rujukan paru di rumah sakit umum yang besar terutama ditingkat provinsi dan rujukan nasional dengan taraf internasional. Saat ini pusat rujukan nasional adalah di RS Persahabatan Jakarta dan RS Dr Sutomo Surabaya.

      KONSEP









      INTERIOR