Selasa, 29 Maret 2016

Struktur Konstruksi Folded Plate

 

clip_image001
Pernah melihat struktur diatas?? dalam bahasa yang sangat sederhana, struktur tersebut dinamakan Folded Plate yang terlihat seperti kertas yang ditekuk – tekuk. Penggunaan struktur ini biasanya digunakan pada bangunan pabrik.
Pelat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material monolith yang tingginya kecil (tipis)  dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya. Beban yang umum pada pelat mempunyai sifat banyak arah. Pelat dapat ditumpu diseluruh tepinya atau hanya pada titik-titik tertentu (misalnya oleh kolom atau campuran antara tumpuan menerus dan titik). Kondisi tumpuan dapat sederhana atau jepit. Pelat ini terbuat dari material padat , homogen yang memiliki sifat sama di segala arah.
Dengan membentuk lipatan-lipatan kaku pada suatu sistem struktur yang bekerja secara efisien untuk menyalurkan beban sehingga memungkinkan dicapainya bentang-bentang lebar di antara tumpuan-tumpuan yang direncanakan. Efisiensi dari struktur bidang lipat dicapai karena struktur tersebut bekerja sekaligus sebagai pelat datar (slab), balok (beam), dan rangka kaku (truss).

TRANSFER BEBAN

Transfer beban dalam struktur lipat terjadi melalui kondisi struktural dari pelat (beban tegak lurus terhadap bidang tengah) atau melalui kondisi struktural dari paralel (slab load ke pesawat).
Pada awalnya, kekuatan eksternal akan ditransfer karena kondisi struktural pelat ke pinggir lebih pendek dari satu elemen lipat. Di sana, reaksi sebagai kekuatan aksial dibagi antara elemen yang berdekatan yang menghasilkan strain kondisi struktural dari lembaran. Ini mengarah pada pengiriman pasukan untuk bantalan.
clip_image002
clip_image003Ketika selembar kertas tipis terletak antara dua mendukung akan membungkuk karena fakta bahwa ia memiliki kekuatan yang cukup untuk membawa beratnya sendiri.
clip_image004Jika sepotong kertas yang sama dilipat maka akan mampu mendukung seratus kali beratnya sendiri.
clip_image005Jika beban meningkat melewati titik ini maka struktur akan gagal dan lipatan akan meratakan keluar.

BENTUK DASAR

Bentuk -bentuk yang dapat dijadikan dasar perkembangan bentuk konstruksi lipat, yaitu bentuk-bentuk dasar: pyramidal, prismatic dan semi prismatic. Bentuk prismatic ialah bentuk yang terdiri dari bidang-bidang datar bersudut siku-siku dan bidang-bidang yang melintang tegak lurus pada kedua belah sisi ujung bidang datar bersudut siku-siku.

MATERIAL

Struktur pelat lipat dapat dibuat dari hampir semua jenis material. Salah satu material   yang banyak digunakan untuk plat lipat adalah beton bertulang. Material ini paling baik digunakan karena dapat dengan mudah dibuat. Material lain yang sering digunakan adalah baja, plastik, dan kayu.

JENIS FOLDED PLATE

  1. Folded plate dua segmen

clip_image006Komponen dasar dari struktur folded plate terdiri dari: plat miring, plat tepi yang digunakan untuk menguatkan plat yang lebar, pengaku untuk membawa beban ke penyangga dan menyatukan plat, serta kolom untuk menyangga struktur.

2. Folded plate tiga segmen

clip_image007Pengaku terakhirnya berupa rangka yang lebih kaku daripada balok penopang bagian dalam. Kekuatan dari reaksi plat di atas rangka kaku tersebut akan cukup besar dan di kolom luar tidak akan diseimbangkan oleh daya tolak dari plat yang berdekatan. Ukuran rangka dapat dikurangi dengan menggunakan tali baja antara ujung kolom.

3. Bentuk Z

clip_image008Masing-masing unit di atas mempunyai satu plat miring yang lebar dan dua plat tepi yang diatur dengan jarak antara unit untuk jendela. Bentuk ini disebut Z shell dan sama dengan louver yang digunakan untuk ventilasi jendela. Bentuk Z ini adalah bentuk struktur yang kurang efisien karena tidak menerus dan kedalaman efektifnya lebih kecil daripada kedalaman vertikalnya.

4. Dinding yang menerus dengan plat

clip_image009Pada struktur ini , dinding merupakan konstruksi beton yang miring. Dinding didesain menerus dengan plat atap. Kolom tidak dibutuhkan di pertemuan tiap-tiap panel dinding karena dinding ditahan di ujung atas.

5. Kanopi

clip_image010Bentuk ini digunakan untuk kanopi kecil di entrance bangunan. Struktur ini mempunyai empat segmen. Pengaku struktur disembunyikan di permukaan atas sehingga tidak terlihat dan plat (shell) akan muncul untuk menutup dari kolom vertikal. Di dinding bangunan harus ada juga pengaku struktur tersembunyi di konstruksi dinding.

6. Folded plate yang meruncing ke ujung (Tapered Folded plate)

clip_image011Struktur ini dibentuk oleh elemen-elemen runcing. Berat plat di tengah bentang merupakan dimensi kritis untuk kekuatan tekukan. Struktur ini tidak efisien dan tidak cocok untuk bentang lebar karena kelebihan beban untuk bentang lebar.

7. Folded plate penyangga tepi (edge supported folded plate)

clip_image012Pada struktur ini, plat tepi dapat dikurangi dan struktur atap dapat dibuat terlihat sangat tipis jika plat tepi ditopang oleh rangkaian kolom. Struktur ini cocok digunakan untuk bangunan dengan estetika tinggi dengan desain atap yang tipis.

8. Folded plate truss

clip_image013Terdapat ikatan horizontal melintang di sisi lebar hanya di tepi bangunan. Hal ini memungkinkan folded plate digunakan pada bentang lebar dengan pertimbangan struktural yang matang.

9. Rangka kaku folded plate

clip_image014Sebuah lengkung dengan segmen lurus biasanya disebut rangka kaku. Struktur ini tidak efisien untuk bentuk kurva lengkung karena momen tekuk lebih besar.
sumber : https://pramudyawardhani.wordpress.com/2011/03/23/folded-plate/






















Sabtu, 26 Maret 2016

PEMILIHAN BAHAN BANGUNAN YANG RAMAH LINGKUNGAN

1

Pemilihan bahan bangunan merupakan salah satu elemen terpenting dalam konsep Sustainable (Berkelanjutan) ini. Kriteria pemilihan bangunan ini pada dunia industri biasanya hanya berputar pada perkiraan harga pasaran, yang biasanya tidak memperdulikan "harga" durabilitas bahan bangunan dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari produksi dan transport bahan tersebut.

PemiIihan bangunan itu sebenamya juga sangat subjektif, dan mempunyai banyak faktor pertimbangan. Misalnya saja memilih kayu sebagai material daripada baja kedengarannya akan sangat baik, tetapi kayu memerlukan energi yang lebih intensif untuk memproduksi dan tidak mengakibatkan racun seperti yang dihasilkan baja. Tetapi baja, juga lebih mudah untuk dibentuk menjadi bentukan baja yang lain dan dipakai kembali sehingga mempunyai umur yang panjang.Untuk memudahkan analisa yang akan dilakukan, ada beberapa faktor dan strategi yang harus dipertimbangkan dalam memiIih material bangunan :

  • Bangunan yang dirancang dapat dipakai kembali dan memperhatikan sampah/buangan bangunan pada saat pemakaian

Diutamakan memilih bahan bangunan yang dapat didaur ulang atau dipakai kembali. Memakai kembali bahan bangunan pada lokasi pembangunan memberikan keuntungan yang sangat besar pada alam Daripada membuang seluruh sampah dari lokasi pembangunan, perancang harns lebih memikirkan cara pemakaian kembali bahan bangunan yang ada untuk mengurangi sampah solid yang dihasilkan dari pembangunan tersebut.

  • Keaslian Material

Apakah material tersebut datang dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui? contohnya, jika kayu, apakah kayu tersebut diambil dari sumber yang akan diperbaharui, dalam hal ini apakah ada usaha penanaman kembali? Dan ada juga produk kayu yang dihasilkan dari mutu kayu yang rendah dan kayu yang sudah tidak dipakai pada saat produksi.

  • Energi yang diwujudkan

Saat ini, energi yang diwujudkan, adalah metoda yang memperhitungkan seluruh energi dan biaya yang tidak terlihat tapi dibutuhkan pada saat memproduksi material tersebut Energi tersebut dihitung mulai dari produksi awal material, yaitu pengambilan material utama dam fabrikasi yang diperlukan, pengepakan material, transportasi ke site, sampai ke pemasangan ke bangunan. Hal ini akan menghasilkan perhitungan yang akurat Beberapa perhitungan umum dari energi yang diwujudkan pada beberapa material termasuk ; kayu = 1, bata = 2, kaca = 3, baja = 8, plastik = 30, dan aluminium = 80. (Environmental Auditing and Building Construction, Energy and Air Pollution Indices for Building Materials).

  • Produksi Material

Walaupun hal ini tidak begitu jelas pengaruhnya pada bangunan tersebut, tetapi pemakaian bahan bangunan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar pada lingkungan dimana bangunan itu dibangun. Pada saat proses produksi material tersebut diawal, juga harus memperhatikan material seperti apakah yang akan dihasilkan. Apakah nantinya material bangunan tersebut menghasilkan produk yang berbahaya atau sejumlah polusi di tanah, air ataupun udara? Bagaimana perusahaan yang menghasilkan material ini menangani buangan tersebut ?.

  • Efek racun dari material

Fenomena bangunan yang "sakit" saat ini meningkatkan kekhawatiran pada perancang mengenai kualitas udara dalam ruangan. Salah satu dari penyebab "penyakit" ini adalah bangunan tersebut memakai material yang mengeluarkan zat beracun secara lambat Formaldehyde dengan campuran lem, resin dan campuran minyak dalam cat serta kandungan bahan organik dalam udara yang dipakai sebagai campuran dalam material bangunan hanyalah sebagian dari bahan kimia yang mengakibatkan bangunan "sakit". Di negara-negara berkembang, beberapa material bangunan yang mengandung asbes dan timah merupakan bahan yang illegal; begitupun, masih ada juga kerusakan lingkungan yang diakibatkan pemakaian bahan kimia pada saat pembangunan. Dan sebagai panduan umumnya, perancang sebaiknya menghindari pemakaian bahan yang dapat menghasilkan formaldehyde, larutan organik, kandungan bahan kimia dalam udara, dan klorofluor karbon. Kandungan bahan kimia dalam udara dapat mengakibatkan iritasi pada mata, hidung dan tenggorokan, sakit kepala dan iritasi dermatologis dan beberapa penyakit lain. Beberapa kandungan kimia dalam udara dapat mengeluarkan bau yang tidak enak yang tidak dapat dihirup pada orang-orang yang mempunyai indra penciuman sensitif.

Kamis, 24 Maret 2016

PERANCANGAN BANDARA UDARA

1

 

Pengertian Bandara Udara

Bandara udara adalah suatu tempat persinggahan pesawat terbang (alat transportasi udara) untuk mendarat dan melaukakn serangkaian kegiatan sepertu menurunkan dan juga mengangkut penumpang atau barang. Disamping sebagai tempat untuk melakukan segala rutinitas perbaikan pemeliharaan pesawat dan sebagai tempat pengisian bahan bakar dan sejumlah akitivas lainnya.

Letak suatu bandara akan dipengaruhi oleh beberapah faktor antara lain

  • Tipe pengembangan sekitarnya
  • Kondisi – kondisi atmosfer dan meteorology
  • Kemudahan untuk mencapao dengan transportasi darat
  • Ketersediaan lahan untuk perluasan
  • Adanya Bandar udara yang lain dan ketersediaan ruang angkasa dalam daerah tersebut
  • Halangan sekeliling
  • Keekonomisan biaya konstruksi
  • Ketersediaan utilitas
  • Keeretan (proximity) dengan permintaan aeronotika. (Info : Robert Horonjeff, 1988, “ Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara Jilid 1” )

    Fungsi Bandara Udara

    Fungsi Bandar Udara seperti sebuah terminal dimana dalam hal ini melayani penumpang pesawat udara, sebagai tempat pemberhentian, pemberangkatan, ataupun sekedar persinggahan pesawat udara. Di dalamnya terjadi berbagai macam rangkaian kegiaan yang berkaitan dengan pesawat terbang, seperti mengangkut/menurunkan penumpang dan barang, melakukan pengisian bahan bakar, pemeliharaan pesawat, perbaikan kerusakan pesawat, dan lain sebagainya.

    Aktivasi Bandara dan Tipe Bandar Udara

    Bandara merupakan suatu fasilitas sebagai perantara (interface) antara transportasi udara dengan transportasi darat, yang secara umum fungsinya sama dengan terminal, yakni sebagai :

    • Tempat pelayanan bagi keberangkatan / kedatangan pesawat
    • Sebagai tempat bongkar / muat barang atau naik / turun penumpang
    • Tempat perpindahan (interchange) antar moda transportasi udara dengan moda transportasi yang sama (transit) atau dengan moda yang lainnya.
    • Tempat klasifikasi barang / penumpang menurut jenis, tujuan perjalanan dan lain0 laian
    • Tempat untuk penyimpanan barang ( storage ) selama proses pengurusan dokumen
    • Sebagai tempat untuk mengisi bahan bakar, perawatan dan oemeruksaan kondisi pesawat sebelum dinyatakan layak untuk terbang
      (info : Departemen Teknik Sipil ITB, 2001 “Dasar – Dasar Transportasi”)

    Bandara secara umum dapat digolongkan dalam beberapa tipe menurut beberapa kriteria yang disesuaikan dengan keperluan penggolongannya, antara lain :

    • Berdasarkan karakter fisiknya, bandara dapat digolongkan menjadi seaplane bases (tempat pendaratan pesawat di atas air), heliports (tempat pendaratan helicopter), stol port (tempat pendaratan dengan jarak take-off dan landing yang pendek), dan bandara konvensional (bandar udara pada umumnya)
    • Berdasarkan pengelolaan dan penggunaannya, Bandar udara dapat digolongkan menjadi 2 yakni, bandara umum yang dikelola oleh pemerintah untuk penggunaan secara umum maupun militer atau bandara swasta atau pribadi yang dikelola atau digunakan untuk kepentingan pribadi atau perusahaan swasta tertentu
    • Berdasarkan aktivitas rutinnya, bandara dapat digolongkan menurut jenis pesawat terbang yang beroperasi (enplanements) serta menurut karakteristik operasinya (operations)
    • Berdasarkan fasilitas yang tersedia, bandara dapat dikategorikan menurut jumlah runaway yang tersedia, alat navigasi yang tersedia, kapasitas hangar, dan lain sebagainya.
    • Berdasarkan tipe perjalanan yang dilayani, bandara dapat digolongkan menjadi bandara Internasional, bandara domestik, dan golongan internasional / domestik.

    Faktor yang Mempengaruhi Bandara Udara

    Ukuran Bandara udara yang diperlukan akan bergantung pada faktor-faktor utama berikut ini :

    • Karakteristik prestasi dan ukuran pesawat terbang yang akan menggunakan bandara itu
    • Volume lalu lintas yang diadaptasi
    • Kondisi – kondisi meteorology
    • Ketinggian tapak Bandar udara

    Karakteristik prestasi pesawat terbang akan memoengaruhi panjang landasan pacu. Data mengenai karakteristik pesawat terbang serta tipe – tipe pesawat dan ketentuan landasan pacu dapat dilihat pada badan yang berwenang seperti FAA dan ICAO. Volume dan karakter lalu lintas mempengaruhi jumlah landasan pacu yang dibutuhkan, susunan landasan hubung (taxiway) dan ukuran daerah ramp(ramp area). Kondisi – kondisi meteorology penting yang dapat mempengaruhi ukuran Bandar udara adalah angin dan temperature. Temperature mempengaruhi panjang landasan pacu, temperature yang tinggi membutuhkan landasan pacu yang lebih panjang karena temperature tinggi mencerminkan kerapatan udara yang lebih rendah, yang mengakibatkan hasil daya dorong yang lebih rendah. Arah angin mempengaruhi jumlah dan susunan landasan pacu. Sedangkan angin permukaan mempengaruhi panjang landasan pacu, makin besar angin sakal, makin pendek landasan pacu, sedangkan semakin besar angin buritan makin panjang landasan landasan pacu. Ketinggian tapak Bandar udara juga sngat mempengaruhi kebutuhan panjang landasan pacu. Makin tinggi letak pelabuhan udara, landasan pacu yang dibutuhkan adalah semakin panjang. Demikian pula dengan kemiringan landasan pacu, kemiringan keatas membutuhkan landasan pacu yang lebih panjang daripada landasan pacu yang rata atau yang kemiringannya kebawah , pertambahan panjang ini juga tergantung padaketinggian Bandar udara dan temperature. (Info : Robert Horonjeff, 1988, “ Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara Jilid 1” )

    Karakteristik Pesawat Terbang Sebagai Perancangan

    Ada beberapa karakteristik mengenai pesawat terbang yang dapat dijadikan sebagai dasar pecancangan Bandar Udara,yakni :

    • Ukuran (size)
      • Wing-span (Jarak antara kedua ujung sayap)
      • Fuselage length (sumbu panjang badan)
      • Height (tinggi)
      Hal ini dapat mempengaruhi perencanaan ukuran dari parking apron atau tempat parker pesawat yang dengan sendirinya member pengaruh uga pada terminal (hangar, garasi) untuk pemerikasaan mesin pesawat. Ukuran juga akan menentukan lebar runways (landasan pacu) dan taxiways (jarak antara runways dan apron) maupun jarak antara trafficways.
    • Berat (wight)
      Berat pesawat penting untuk merencanakan kekuatan dari perkerasan (pavements) yang akan dibuat sehingga dapat ditentkan tebal daripada perkerasan apron, taxiway dan runway.
    • Kapasitas (capacity)
      Dengan mengetahui kapasitas penumpang pesawat, maka dapat ditentukan luasan dan besaran terminal (tempat menunggu penumpang dan pengantarnya).
    • Panjang Runway (runway length)
      Panjang runway agar dapat tinggal landas mempunyai pengaruh besar pada bagian luas daerah yang harus dipenuhi oleh Bandar Udara (Info : Achmand Zainudin,B. E, 1986, “Selintas Pelabuhan Udara”). Dan faktor yang mempengaruhi panjang pendeknya runway adalah :
      · Tuntutan dari pemerintah setempat kepada industry – industry pesawat terbang mengenai performance dan operator
      · Keadaan keliling pelabuhan udara (temperatur, angin yang lewat diatas permukaan landasan / surface wind, kemiringan landasan / runway gradient, ketinggian Bandar  Udara, kondisi permukaan landasan).

    TABEL KARAKTERISTIK PESAWAT TERBANG KOMERSIAL

    imageimage

  • PERANCANGAN HOTEL

    4_orea hotel pyramida

     

    Pengertian Hotel Secara Umum

    Pengertian Hotel menurut Hotel Prpictors Act, 1956 (Sulatiyono, 1999:5) adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan makanan, minuman, dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membatar dengan jumlah wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus (perjanjian membeli barang yang disertai dengan perundingan perundingan sebelumnya).

    Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM. 37/PW.304/MPPT-86 : Hotel sebagai jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian besar atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum serta jasa lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial.

    Definisi hotel menurut Webster New World Dictionary “Hotel as a commercial establishment providing lodging and usually meals and other services for the public, especially for travels.” (Fred R.Lawson, 1988). Yang artinya hotel adalah suatu bangunan yang menyediakan jasa penginapan, makanan, minuman, serta pelayanan lainnya untuk umum yang dikelola secara komersial terutama untuk para wisatawan.

    Sedangkan pengertian yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing Inc.(1995) yang menyebutkan bahwa : Hotel adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum.

    Maka dari beberapa pernyataan itu dapat disimpulkan bahwa hotel adalah suatu akomodasi yang menyediakan jasa penginapan, makan, minum, dan bersifat umum serta fasilitas lainnya yang memenuh syarat kenyamanan dan dikelola secara komersil.

    Penggolongan Hotel

    Pemerintah telah menetapkan kualitas dan kuantitas hotel yang menjadi kebijaksanaan yang berupa standar jenis klasifikasi yang ditujukan serta berlaku bagi suatu hotel. Penentuan jenis hotel berdasarkan letak, fungsi, susunan organisasinya dan aktifitas penghuni hotel sesuai dengan SK Mentri Perhubungan RI No. 241/4/70 tanggal 15 Agustus 1970. Hotel digolongkan atas :

    • Residential Hotel, yaitu hotel yang disediakan bagi para pengunjung yang mnginap dalam jangka waktu yang cukup lama. Tetapi tidak bermaksud menginap. Umumnya terletak dikota, baik pusat maupun pinggir kota dan berfungsi sebagai penginapan bagi orang-orang yang belum mendapatkan perumahan dikota tersebut.
    • Transietal Hotel, yaitu hotel yang diperuntukkan bagi tamu yang mengadakan perjalanan dalam waktu relative singkat. Pada umumnya jenis hotel ini terletak pada jalan jalan utama antar kota dan berfungsi sebagai terminal point. Tamu yang menginap umumnya sebentar saja, hanya sebagai persinggahan.
    • Resort Hotel, yaitu diperuntukkan bagi tamu yang sedang mengadakan wisata dan liburan. Hotel ini umumnya terletak didaerah rekreasi/wisata. Hotel jenis ini pada umumnya mengandalkan potensi alam berupa view yang indah untuk menarik pengunjung.

    Klasifikasi Hotel

    Berdasarkan keputusan Dirjen Pariwisata No. 14/U/II/1988, tentang usaha dan pengelolaan hotel menjelaskan bahwa klasifikasi hotel menggunakan sistem bintang.Dari kelas yang terendah diberi bintang satu, sampai kelas tertinggi adalah hotel bintang lima.

    Sedangkan hotel-hotel yang tidak memenuhi standar kelima kelas tersebut atau yang berada dibawah standar minimum yang ditentukan disebut hotel non bintang. Pernyataan penentuan kelas hotel ini dinyatakan oleh Dirjen Pariwisata dengan sertifikat yang dikeluarkan dan dilakukan tiga tahun sekali dengan tata cara pelaksanaan ditentukan oleh Dirjen Pariwisata.

    Dasar penilaian yang digunakan antara lain mencakup:

    • Persyaratan fisik, meliputi lokasi hotel dan kondisi bangunan.
    • Jumlah kamar yang tersedia.
    • Bentuk pelayanan yang diberikan
    • Kualifikasi tenaga kerja, meliputi pendidikan dan kesejahteraan karyawan.
    • Fasilitas olahraga dan rekreasi lainnya yang tersedia seperti kolam renang lapangan tenis dan diskotik.

    Klasifikasi hotel berbintang tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut :

    a. Hotel bintang satu

    • Jumlah kamar standar minimal 15 kamar dan semua kamar dilengkapi kamar mandi didalam
    • Ukuran kamar minimum termasuk kamar mandi 20 m2 untuk kamar double dan 18 m2 untuk kamar single
    • Ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur tidur, minimal terdiri dari lobby, ruang makan (> 30m2) dan bar.
    • Pelayanan akomodasi yaitu berupa penitipan barang berharga.

    b. Hotel bintang dua

    • Jumlah kamar standar minimal 20 kamar (termasuk minimal 1 suite room, 44 m2).
    • Ukuran kamar minimum termasuk kamar mandi 20m2 untuk kamar double dan 18 m2 untuk kamar single.
    • Ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari lobby, ruang makan (>75m2) dan bar.
    • Pelayanan akomodasi yaitu berupa penitipan barang berhargam penukaran uang asing, postal service, dan antar jemput.

    c. Hotel bintang tiga

    • Jumlah kamar minimal 30 kamar (termasuk minimal 2 suite room, 48m2).
    • Ukuran kamar minimum termasuk kamar mandi 22m2 untuk kamar single dan 26m2 untuk kamar double.
    • Ruang publik luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari lobby, ruang makan (>75m2) dan bar.
    • Pelayanan akomodasi yaitu berupa penitipan barang berharga, penukaran uang asing, postal service dan antar jemput.

    d. Hotel bintang empat

    • Jumlah kamar minimal 50 kamar (temrasuk minimal 3 suite room, 48 m2)
    • Ukuran kamar minimum termasuk kamar mandi 24 m2 untuk kamar single dan 28 m2 untuk kamar double
    • Ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari kamar mandi, ruang makan (>100 m2) dan bar (>45m2)
    • Pelayanan akomodasi yaitu berupa penitipan barang berharga, penukaran uang asing, postal service dan antar jemput.
    • Fasilitas penunjang berupa ruang linen (>0,5m2 x jumlah kamar), ruang laundry (>40m2), dry cleaning (>20m2), dapur (>60% dari seluruh luas lantai ruang makan).
    • Fasilitas tambahan : pertokoan, kantor biro perjalanan, maskapai perjalanan, drugstore, salon, function room, banquet hall, serta fasilitas olahraaga dan sauna.

    e. Hotel bintang lima

    • Jumlah kamar minimal 100 kamar (termasuk mminimal 4 suite room, 58m2)
    • Ukuran kamar minimum termasuk kamar mandi 26 m2 untuk kamar single dan 52m2 untuk kamar double.
    • Ruang public luas 3m2 x jumlah kamar tidur, minimal terdiri dari lobby, ruang makan (>135m2) dan bar (>75m2).
    • Pelayanan akomodasi yaitu berupa penitipan barang berharga, penukaran uang asing, postal service dan antar jemput.
    • Fasilitas penunjang berupa ruang linen (>0,5m2 x jumlah kamar), ruang laundry (>40m2), dry cleaning (>30m2), dapur (>60% dari seluruh luas lantai ruang makan).
    • Fasilitas tambahan : pertokoan, kantor biro perjalanan, maskapai perjalanan, drugstore, salon, function room, banquet hall, serta fasilitas olahraaga dan sauna.
    • Dengan adanya klasifikasi hotel tersebut dapat melindungi konsumen dalam memperoleh fasilitas yang sesuai dengan keinginan.Memberikan bimbingan pada pengusaha hotel serta tercapainya mutu pelayanan yang baik.

    Jumat, 18 Maret 2016

    Arsitektur Bioklimatik




    Pengertian Arsitektur Bioklimatik

    Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk arsitektur dengan lingkungannya dalam kaitanyan iklim daerah tersebut. Pada akhirnya bentuk arsitektur yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh budaya setempat, dan hal ini akan berpengaruh pada ekspresi arsitektur yang akan ditampilakan dari suatu bangunan, selain itu pendekatan bioklimtaik akan mengurangi ketergantungan karya arsitektur terhadap sumber – sumber energi yang tidak dapat dipengaruhi.

    perkembangan arsitektur bioklimatik

    Perkembangan Arsitektur Bioklimatik berawal dari 1960-an. Arsitektur Bioklimatik merupakan arsitektur modern yang dipengaruhi oleh iklim. Arsitektur bioklimatik merupakan pencermian kembali arsitektur Frank Loyd Wright yang terkenal dengan arsitektur yang berhubungan dengan alam dan lingkungan dengan prinsip utamanya bahwa didalam seni membangun tidak hanya efisiensinya saja yang dipentingkan tetapi juga ketenangannya, keselarasan, kebijaksanaan, kekuatan bangunan dan kegiatan yang sesuai dengan bangunannya, “Oscar Niemeyer dengan falsafah arsitekturnya yaitu penyesuaian terhadap keadaan alam dan lingkungan, penguasaan secara fungsional, dan kematangan dalam pengolahan secara pemilihan bentuk, bahan dan arsitektur”.
    Akhirnya dari Frank Wright dan Oscar Niemeyer lahirlah arsitek lain seperti Victor Olgay pada tahun 1963 mulai memperkenalkan arsitektur bioklimatik. Setalah tahun 1990-an Kenneth Yeang mulai menerapkan arsitektur bioklimatik pada bangunan tinggi bioklimatik yang memenangkan penghargaan Aga Khan Award tahun 1966 dan Award pada tahun 1966

    Prinsip Desain Bioklimatik Menurut Yeang (Bioclimatic Skyscrapers)

    1. Penempatan Core Menurut Yeang,

    Posisi service core sangat penting dalam merancang bangunan tingkat tinggi. Service core bukan hanya sebagai bagian struktur, juga mempenagruhi kenyamanan ternal.
    Posisi core dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk, yaitu :
    • 1.    Core pusat
    • 2.    Core ganda 
    • 3 .   Core tunggal terletak pada sisi bangunan.
    1. Core Pusat
      2. Core Ganda
    3. Core Tunggal (sisi bangunan)
    Core ganda memiliki banyak keuntungan, dengan memakai dua core dapat dijadikan sebagai penghalang panas yang masuk kedalam bangunan. Penelitian harus menunjukkan penggunaan pengkondisian udara secara minimum dari penempatan service core ganda yang tampilan jendala menghadap utara dan selatan, dan core ditempatkan pada sisi timur dan barat. Penerapan ini juga dapat diterapkan pada daerah beriklim sejuk

    2. Menetukan Orientasi

    Bangunan tingkat tinggi mendapatkan penyinaran matahari secara penuh dan radiasi panas. Orientasi bangunan sangat penting untuk menciptakan konservasi energi. Secara umum, susunan bangunan dengan bukaan menghadap utara dan selatan memberikan keuntungan dalam mengurangi insulasi panas.Orientasi bangunan yang terbaik adalah meletakkan luas permukaan bangunan terkecil menghadap timur – barat memberikan dinding eksternal pada luar ruangan atau pada emperan terbuka. Kemudian untuk daerah tropis peletakan core lebih disenangi pada poros timur-barat. Hal ini dimaksudkan daerah buffer dan dapat menghemat AC dalam bangunan.

    3. Penempatan Bukaan Jendela

    Bukaan jendela harus sebaiknya menghadap utara dan selatan sangat penting untuk mendapatkan orientasi pandangan. Jika memperhatikan alasan easthetic, curtain wall bisa digunakan pada fasad bangunanyang tidak menghadap matahari. Pada daerah iklim sejuk, ruang transisional bisa menggunakan kaca pada bagian fasad yang lain maka teras juga berfungsi sebagai ‘ruang sinar matahari’, berkumpulnya panas matahari, sperti rumah kaca. Penempatan bukaan jendela pada bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar 13 berikut ini.


    Menggunakan kaca jendela yang sejajar dengan dinding luar dengan menggunakan kaca dengan sistem Metrical Bioclimatic Window (MBW). MBW didesain sebagai sistem elemen dengan fungsi yang dikhususkan untuk ventilasi, perlindungan tata surya, penerangan alami, area visualisasi, dan kebebasan pribadi serta sistem luar yang aktif.
    Sistem MBW disadur dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sistem ini bermaksud mengatur kondisi ternal ruangan dengan menggunakan maksud bioklimatik teknik, yaitu :
    · Penurunan perolehan panas oleh radiasi surya.
    · Control perolehan panas oleh konveksi dan penggunaan ventilasi silang ataupun dengan pemilihan cerobong asap.
    Dengan penggunaan teknik diatas, maka pencahayaan lebih maksimal dan udara pada malam hari dapat menjadi lebih sejuk.

    4. Penggunaan Balkon




    Menempatkan balkon akan membuat area tersebut menjadi bersih dari panel – panel sehingga mengurangi sisi panas yang menggunakan panas. Karena adanya teras – teras yang lebar akan mudah membuat taman dan menanam tanaman yang dapat dijadikan pembayang sinar yang alami, dan sebagai daerah fleksibel akan mudah untuk menambah fasilitas – fasilitas yang akan tercipta dimasa yang akan datang.

    5. Membuat ruang Transisional

    Menurut Yeang, ruang transisional dapat diletakkan ditengah dan sekeliling sisi bangunan sebagai ruang udara dan atrium. Ruang ini dapat menjadi ruang perantaran antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Ruang ini bisa menjadi koridor luar seperti rumah – rumah toko tua awal abad sembilan belas di daerah tropis. Membuat ruang transisional pada fasad bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar 15 berikut ini.

    MenurutYeang, penempatan teras pada bagian dengan tingkat panas yang tinggi dapat mengurangi penggunaan panel – panel anti panas. Hal ini dapat memberikan akses ke teras yang dapat juga digunakan sebagai area evakuasi jika terjadi bencana seperti kebakaran. Penggunaan balkon pada bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar 14 berikut ini.Atrium sebaiknya tertutup, tetapi diletakkan diantara ruangan. Puncak bangunan sebaiknya dilindungi oleh sirip – sirip atap yang mendorong angin masuk kedalam bangunan. Hal ini juga bisa di desain sebagai fungsi Wind scoopsuntuk mengendalikan pengudaraan alami yang masuk kedalam bagian gedung.

    6. Desain Pada Dinding

    Penggunaan mebran yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan dapat dijadikan sebagai kulit pelindung. Pada iklim sejuk dinding luar harus dapat menahan dinginnya musim dingin dan panasnya musim panas. Pada kasus ini, dinding luar harus seperti pelindung insulasi yang bagus tetapi harus dapat dibuka pada musim kemarau. Pada daerah tropis dinding luar harus bisa digerakkan yang mengendalikan dan cross ventilation untuk kenyamanan dalam bangunan. Desain dinding pada bangunan bioklimatik.


    7. Hubungan Terhadap Landscape

    Menurut Yeang, lantai dasar bangunan tropis seharusnya lebih terbuka keluar dan menggunakan ventilasi yang alami karena hubungan lantai dasar dengan jalan juga penting. Fungsi atrium dalam ruangan pada lantai dasar dapat mengurangi tinggkat kepadatan jalan. Tumbuhan dan lanskap digunakan tidak hanya untuk kepentingan ekologis dan eastetik semata, tetapi juga membuat bangunan menjadi lebih sejuk. Hubungan terhadap landscape dapat dilihat pada gambar 17 berikut ini.


    Mengintegrasikan antara elemen boitik tanaman dengan elemen boitik, yaitu : bangunan. Hal ini dapat memberikan efek dingin pada bangunan dan membantu proses penyerapan O2 dan pelepasan CO2.

    8. Menggunakan Alat Pembayang Pasif

    Menurut Yeang, pembayang sinar matahari adalah esensi pembiasan sinar matahari pada dinding yang menghadap matahri secara langsung (pada daerah tropis berada disisi timur dan barat) sedangkan croos ventilationseharusnya digunakan (bahkan diruang ber-AC) meningkatkan udara segar dan mengalirkan udara panas keluar. Penggunaan alat pembayang pasif dapat dilihat pada gambar 18 berikut ini



    Pemberian ventilasi yang cukup pada ruangan dengan peraturan volumetric aliran udara. Dengan adanya ventilasi, maka udara panas diatas gedung dapat dialirkan kelingkungan luar sehingga dapat menyegarkan ruangan kembali.

    9. Penyekat Panas Pada Lantai

    Menurut Yeang, insolator panas yang baikpada kulit bangunan dapat mengurangi pertukaran panas yang terik dengan udara dingin yang berasal dari dalam bangunan. Karakterisitk thermal insulation adalh secara utama ditentukan oleh komposisinya. Denga lasan tersebut maka thermal insolation dibagi menjadi lima bagian utama, walaupun banyak insulator yang utama kerupakan turunan produk jenis – jenis ini. Penyekat panas pada lantai bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar 19 berikut ini.
    Lima jenis utama, adalah :
    · Flake (serpihan)
    · Fibrous (berserabut)
    · Granular (butiran – butiran)
    · Cellular (terdiri dari sel)
    · Reflective (memantulkan)




    Struktur massa bangunan bekerja melepas panas pada siang hari dan melepas udara dingin pada siang hari. Pada iklim sejuk struktur bangunan dapat menyerap panas matahari sepanjang siang hari dan melepaskannya pada siang hari. Solar window atau solar-collector heat ditempatkan didepan fisik gedung untuk menyererap panas matahari.

    Sumber: ozhuarch-2806.blogspot.com/ arsitektur Bioklimatik