Minggu, 28 Juli 2013

Berproses Kreatif

proses kreatif, siklus kreatifitas, siklus kreativitas, cara kerja mahasiswa



Gambar di atas pernah di-posting salah seorang teman saya di grup Facebook angkatan kami. Banyak komentar masuk. Tapi, tanpa dinyatakan pun, saya rasa kami rata-rata sudah cukup sepakat tentang betapa benarnya isi grafik tersebut. It’s funny because it’s true. Betapa kami pontang-panting menjelang deadline sebagian besar adalah akibat progres pengerjaan yang sangat minim minggu-minggu sebelumnya –jika bukan tidak ada sama sekali.

Banyak sebab memang. Bisa jadi salah dosen pembimbing –sulit ditemui untuk asistensi, tiba-tiba menyuruh ganti desain, dsb., meskipun tetap saja kebanyakan memang salah mahasiswanya sendiri. Hehehe... Salah satu sebab tersebut, bagi sebagian orang, barangkali soal inspirasi. Entah inspirasinya belum datang, datang tapi telat, atau malah tidak datang sama sekali.

Saya dulu juga begitu, menunggu inspirasi yang tidak kunjung datang. Tapi semakin ke sini saya belajar bahwa hal tersebut sangatlah tidak efektif, sebab...

Inspirasi Tidak Bisa Ditunggu, Tapi Dicari.

Inspirasi bukanlah wahyu yang diturunkan malaikat dari langit. Kita bisa berlama-lama menunggu sebuah ide cemerlang muncul di kepala kita atau kita bisa segera memulai dan memburu ide tersebut. Kalau cuma menunggu, kenapa tidak bersemedi sekalian? Siapa tahu dapat wangsit nomor togel juga. Hehehe...


Kunci utama dalam mencari inspirasi adalah ini: buka mata selebar-lebarnya dan lihatlah sebanyak-banyaknya. Mulai dari surfing di website-website yang memajang karya-karya arsitektur (bisa lihat beberapa link-nya di blog ini) sampai mengamati bangunan-bangunan menarik yang kita temui sepanjang perjalanan ke kampus atau ke tempat lain, lakukan semuanya. Dengan begitu, peluang untuk menemukan ide desain yang menarik akan semakin besar.

Sementara itu, dengan membuka mata selebar-lebarnya, yang saya maksud adalah jangan membatasi sumber inspirasi kita. Memiliki tugas mendesain rumah tinggal bukan berarti kita hanya boleh melihat-lihat desain rumah tinggal saja. Yang begitu memang bagus, mempermudah kita mencari contoh yang kontekstual. Tapi, melihat lebih luas pun bukanlah sebuah dosa. Siapa tahu kita malah dapat lebih. Misalnya saja lihat-lihat foto-foto kafe atau restauran memberi kita ide untuk ruang makan yang unik, atau melihat-lihat desain pabrik atau gudang ternyata memberi kita ide untuk mendesain dengan tema rustic industrial. Dan siapa bilang harus melulu soal arsitektur? Saya suka juga lihat-lihat karya-karya desain grafis seperti poster, illustrasi, dsb. Dari situ juga kadang-kadang muncul inspirasi untuk, misalnya, desain fasad atau wallpaper.
Jadi, sekali lagi, bukalah mata selebar-lebarnya dan lihatlah sebanyak-banyaknya.

Tapi, itu semua baru langkah awal, sebab yang paling penting sebenarnya adalah langkah berikutnya:

Kerjakanlah!

Hanya mencari inspirasi tidak akan membawa kita kemana-mana. Selama kita tidak mulai bekerja, terus-menerus mencari inspirasi hanya akan memasok ide yang terlalu banyak ke dalam otak kita. Otak kita jadi overload ide. Dan percayalah, terlalu banyak ide tidaklah lebih baik daripada tidak ada ide sama sekali. Terlalu banyak pilihan malah akan membuat kita bingung untuk membuat keputusan, ide mana yang harus dieksekusi. Maka, sebelum bingung sendiri, mulailah bekerja!

Mulailah berproses begitu ada ide yang sekiranya cukup bagus. Jangan khawatir bahwa itu mungkin bukan ide yang terbaik. Sebab, proses desain itu sendiri masih cukup panjang untuk sebuah ide bisa tereksplorasi lebih jauh lagi. Bahkan, bukan tidak mungkin selama proses pengerjaan, kita akan menemukan kemungkinan-kemungkinan desain yang tidak kita duga sebelumnya, membuat rancangan kita justru jadi lebih matang.

Segera mulai bekerja juga memungkinkan kita tahu lebih cepat sekiranya ide desain yang kita pakai ternyata tidak bekerja dengan baik atau sesuai yang kita inginkan. Sehingga, kita dapat segera mengganti atau membuat penyelesaian alternatifnya sebelum deadlinesemakin mepet. Intinya, mulailah bekerja dan biarkan prosesnya mengalir.



Rabu, 24 Juli 2013

Alat Gambar Dasar Bagi Mahasiswa Arsitektur

Seorang prajurit pasti selalu membekali diri dengan senjata untuk bisa bertahan dalam peperangan, entah itu pedang, tombak, panah, atau berbagai jenis persenjataan lain. Demikian pula seorang arsitek, atau dalam tahapan saya, mahasiswa arsitektur. Selayaknya seorang prajurit yang “bertempur” di atas kertas gambar, sudah sepatutnya mahasiswa arsitektur pun mempersenjatai diri dengan perlengkapan gambar yang mumpuni.

Alat-alat gambar sendiri sebenarnya sangat beraneka macam jenisnya, tergantung kebutuhan gambar yang ingin dihasilkan. Semakin bagus gambar yang ingin dihasilkan, tentu alat gambar yang digunakan akan semakin advance. Namun, perlu diingat, secanggih atau sebagus apapun alat gambarnya, keterampilan pemakainya tetap menjadi kunci utama dalam menghasilkan gambar yang ciamik.

Nah, yang akan saya bahas dalam artikel ini adalah alat-alat gambar yang paling dasar yang banyak digunakan dalam semester-semester awal perkuliahan di jurusan arsitektur. Yang canggih-canggih nanti kalau sudah berpengalaman pasti tahu sendiri. Hehehe.. Berikut perlengkapan gambar tersebut:

1. Pensil
Jenis pensil ada bermacam-macam, dibagi berdasarkan kekerasan dan kehitaman isi pensilnya. Untuk membedakan jenis pensil yang satu dengan yang lain digunakan kode berupa huruf dan angka. Kode huruf untuk menunjukkan kekerasan isi pensil, seperti H (hard), B (bold), atau F (firm). Sementara kode angka digunakan untuk menunjukkan tingkatannya. Pensil 9H merupakan pensil yang paling keras, diikuti 8H, 7H, dan seterusnya sampai yang paling lunak adalah pensil 6B. Selain itu ada juga pensil EE yang isi pensilnya arang, sehingga kehitaman yang dihasilkan pun berbeda.

alat gambar arsitektur, alat tulis, pensil hb, pensil staedler, pensil, pencil, hb pencil, blue pencil, pencil tip, ujung pensil, pensil biru

Berikut ini adalah sedikit tentang karakter isi pensil yang saya cuplik dari buku GrafikArsitektur karya Frank D. K. Ching:

4H
- keras dan padat
- digunakan untuk menggambar rencana yang menuntut ketelitian tinggi
- tidak cocok untuk gambar yang firal
- tidak boleh ditekan terlau kuat sewaktu menggambar karena akan meninggalkan bekas di atas kertas dan sukar dihapus
- jika dipakai untuk meggambar di atas kertas kalkir, hasil cetak birunya tidak jelas

2H
- agak keras
- jenis yang paling keras yang bisa dipakai untuk gambar final
- sukar dihapus jika ditekan terlalu kuat

F dan H
- sedang
- cocok untuk segala keperluan
- dipakai untuk membuat rencana, gambar final, dan menulis

HB
- lunak
- dipakai untuk membuat garis dan tulisan yang besar/lebar dan jelas
- perlu kesabaran untuk membuat garis-garis yang halus
- mudah dihapus
- hasil cetak birunya cukup baik
- mudah luntur bila kena gesekan

2. Drawing Pen
Sama seperti pensil, drawing pen pun ada bermacam-macam jenisnya, dibedakan berdasarkan ukuran ujung penanya. Untuk membedakan, digunakan kode berupa angka, mulai dari 0.05, 0.1, 0.2, dst. Semakin besar angkanya, maka garis yang dihasilkan semakin tebal atau besar pula. Selain ukuran pensil, tebal-tipisnya garis juga ditentukan oleh penekanan tangan kita ketika menggunakan pena.

alat gambar arsitektur, drawing pen, tip size, ink pen, ukuran pena gambar, drwing pen hitam, jenis-jenis drawing pen

alat gambar arsitektur, drawing pen 0.3

Selain drawingpen, di pasaran ada juga caligraphy pen. Saya dulu sempat salah beli caligraphy pen karena bentuknya yang nyaris sama. Bedanya, ujung pena caligraphy pen agak memipih karena digunakan untuk membuat efek garis tebal tipis yang menerus seperti halnya pada kaligrafi. Untuk menggambar arsitektur, terutama gambar teknik, tentu caligraphy pen ini tidak dibutuhkan. Jadi, telitilah membaca label pena terlebih dahulu supaya tidak salah beli.

3. Penggaris
Di pasaran, ada banyak penggaris beraneka bentuk dan bahan yang ditawarkan. Untuk menggambar, yang paling pas dipakai adalah penggaris dari bahan mika. Penggaris berbahan besi baik dipakai untuk mengerjakan maket, terutama sebagai alat bantu memotong bahan.

alat gambar arsitektur, pensil dan penggaris, ujung pensil, penggaris mika

Penggaris biasa yang lurus biasanya memiliki beberapa pilihan ukuran, mulai dari yang kecil 10 atau 15 cm sampai ada juga yang mencapai 1 m. Sedikit berbagi pengalaman pribadi, awalnya saya cuma membeli penggaris ukuran 60 cm dengan pertimbangan kalau ada yang ukurannya lebih panjang, kenapa beli yang pendek juga, toh sudah ter-cover ukurannya. Tapi, setelah dipakai, baru saya sadari bahwa menggunakan penggaris yang terlalu panjang untuk membuat garis yang pendek ternyata tidak efektif juga. Selain lebih repot, kadang-kadang garisnya pun jadi tidak akurat lurus karena penggaris yang kepanjangan tadi suka bergeser saat kita menarik garis. Jadi, yang paling aman adalah memiliki beberapa penggaris bermacam ukuran untuk membuat garis dengan jangkauan panjang yang berbeda-beda pula.

alat gambar arsitektur, penggaris segitiga, hand grip, triangular ruler


cara membuat sudut menggunakan penggaris segitiga, sudut penggaris, how to make angle using triangular ruler


Selain penggaris lurus biasa, ada juga penggaris segitiga siku-siku (dengan sudut 45-45 atau 30-60 derajat) untuk memudahkan membuat sudut siku atau garis sejajar, ada juga penggaris segitiga dengan pegangan (grip) yang cocok digunakan ketika harus menggambar di area gambar yang kritis (misalnya di tepi kertas), juga ada penggaris mal yang membantu memudahkan kita membuat template bentuk-bentuk geometris. Sekali lagi, penggaris mana yang paling baik dipakai adalah penggaris yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda sendiri.

alat gambar arsitektur, penggaris mal, pattern ruler, penggaris pola geometris


4. Pensil Warna
Umumnya, pensil warna ada dua jenis, classic color & water color. Pensil warna jenis water color bisa digunakan sebagai pensil warna biasa juga bisa digunakan sebagai cat air ketika disapu dengan air atau kuas basah. Sepertinya lebih praktis ya, dua fungsi dalam satu benda. Tapi, saran saya, kalau memang tidak pernah atau jarang memanfaatkan fitur cat airnya, lebih baik beli yang classic saja. Sebab, pensil warna water color biasanya lebih lunak, sehingga lebih cepat habis dan harus sering-sering diserut saat digunakan. Kecuali Anda memang sering menggunakan fitur cat airnya, mewarnai memakai pensil warna water color menurut saya jatuhnya jadi kurang ekonomis. Kalau lebih sering mewarnai biasa, saran saya lebih baik beli pensil warna classic color saja yang lebih sesuai kebutuhan.

alat gambar arsitektur, pensil warna, classic color, water color, faber castell

Selain pensil, spidol berwarna biasanya juga dipakai. Hanya saja, spidol biasanya dipakai untuk membuat garis yang berwarna (misalnya untuk membedakan garis notasi), bukannya mewarnai bidang karena pasti akan lebih boros. Selain spidol, bisa juga menggunakan drawing pen berwarna (selain hitam).

5. Sketch Book
Kalau jamannya sekolah dulu kita masih pakai buku gambar, sekarang sudah waktunya pakai sketchbook. Selain isinya lebih banyak (jadi tidak usah sering-sering beli), sketchbook pun lebih praktis dan rapi kalau harus dipisah per lembar untuk pengumpulan tugas. Untuk ukuran, sesuaikan dengan ukuran tugas yang sering dikerjakan, saya rasa yang paling umum ukuran A3. Selain itu, tidak ada ruginya juga membeli satu sketch book ukuran A5. Sketch book yang lebih kecil ini praktis dibawa kemana-mana, siapa tahu saja tiba-tiba dapat inspirasi, jadi bisa langsung disketsa.

alat gambar arsitektur, jenis-jenis sketchbook, ukuran sketchbook, a3, a4, a5, buku gambar


Selain sketchbook, buku gambar lain yang mungkin berguna adalah buku gambar milimeter (milimeterblock). Tiap kertasnya sudah dilengkapi garis-garis panduan sampai ukuran 1 mm. Milimeter block sangat membantu untuk membuat sketsa yang terukur atau berskala sebelum dipindahkan ke kertas gambar untuk gambar finalnya.

6. Tabung Gambar
Yang ini memang bukan termasuk alat gambar, malah buat orang-orang malah sering dibuat guyonan sebagai bom. Hehehe.. Tabung gambar ini, buat yang belum tahu, semacam alat simpan, tasnya gambarlah gampangnya. Tabung gambar ini cukup praktis untuk membawa kertas gambar sampai ukuran yang cukup besar (A0, A1, A2, dst.). Saya juga lebih memilih tabung ini untuk membawa kertas ukuran A3 karena biasanya agak sulit nemu tas yang muat kertas atau sketch book A3. Jadi, saya ambil saja beberapa lembar A3 dari sketch book sesuai kebutuhan lantas saya gulung dan masukkan ke dalam tabung.

Selain kertas, tabung gambar ini juga bisa digunakan untuk membawa penggaris yang ukurannya cukup panjang sekalian. Misalnya malas bawa tas lagi, kalau memang masih muat, tabung ini bisa digunakan untuk membawa beberapa alat gambar lainnya seperti pensil, pena, dsb.

alat gambar arsitektur, tabung gambar, paper tube


Tabung gambar ditawarkan dalam beberapa ukuran diameter di pasaran. Harganya memang agak lumayan menguras kantong, terutama di toko alat tulis yang sudah punya nama. Pengalaman saya, di toko alat tulis dekat kampus, harga tabung gambar bisa cuma setengah dari harga yang ditawarkan di toko-toko besar seperti Gramedia atau Togamas, padahal bentuknya ya sama persis. Kalau mau kreatif pun, sebenarnya bisa kok kalau mau membuat tabung gambar sendiri. Saya pernah menjumpai beberapa mahasiswa yang membuat tabung gambar sendiri dari pipa paralon yang diolah sedemikian rupa. Murah tapi tetap fungsional.

Senin, 22 Juli 2013

Showcase - Mari Bermain Sedotan!

tugas arsitektur, studio perancangan arsitektur 1, nirmana sedotan, rubber shield


Mata kuliah: Perancangan Arsitektur 1
Dosen pembimbing: Ir. Andy Mappajaya, MT.

Secara umum, tugas-tugas yang diberikan dalam mata kuliah Perancangan Arsitektur 1 di kampus saya adalah tugas yang bertujuan melatih kepekaan estetis mahasiswa terhadap elemen-elemen visual seperti bentuk, warna, komposisi, dsb. Salah satu tugasnya adalah membuat gubahan estetis dengan unsur lempeng & batang.Material yang digunakan adalah sedotan putih dan rubbershield (karet lembaran) atau karton dupleks.

Untuk tugas ini, saya tidak terlalu banyak memikirkan konsep, cuma eksperimen bentuk saja. Sebelum mulai mengolah material, saya buat dulu beberapa sketsa ide untuk saya lihat-lihat lagi mana bentuk yang kira-kira paling sreg di hati. Setelah beberapa kali corat-coret, saya mendapat ide sketsa seperti ini:

tugas arsitektur, sketsa ide, nirmana sedotan

Bentuknya seperti sepasang penari yang meliuk-liuk berdansa di hadapan satu sama lain. Oke, saya pun memutuskan memakai bentuk ini untuk tugas saya.

Setelah akhirnya berkutat langsung dengan materialnya, saya menemukan bahwa eksekusi ide tidak selalu berjalan mulus. Bahkan, proses dalam eksekusi tersebut justru turut memberi sentuhan pada desain, membuktikan bahwa desain adalah sebuah proses yang berkesinambungan, tidak hanya berhenti pada kertas gambar. Singkat cerita, hasil akhir tugas saya berbeda dengan sketsa awal. Beginilah hasil jadinya:

tugas arsitektur, studio perancangan arsitektur 1, nirmana sedotan, rubber shield

tugas arsitektur, studio perancangan arsitektur 1, nirmana sedotan, rubber shield

tugas arsitektur, studio perancangan arsitektur 1, nirmana sedotan, rubber shield

tugas arsitektur, studio perancangan arsitektur 1, nirmana sedotan, rubber shield

tugas arsitektur, studio perancangan arsitektur 1, nirmana sedotan, rubber shield



Masih agak kelihatan seperti sepasang penari sih, tapi yang satulagi mbungkuk. Atau bisa jadi lagi keseleo. Hehehe...

Pengetahuan Gambar Dalam Arsitektur


Jamannya masih maba dulu, saya merasa kecele ketika ikut kelas Komunikasi Arsitektur. Bayangan tentang dosen yang mengajarkan teknik-teknik bicara atau presentasi di hadapan klien seketika buyar ketika tahu mata kuliah tersebut ternyata malah membahas teknik-teknik menggambar dalam arsitektur. Yah, namanya juga masih baru, saya masih belum ngehbanget kalau media komunikasinya arsitek itu ya gambar.

Peran gambar memang sangat penting dalam memahami arsitektur, karena itulah kali ini saya ingin membagikan sekelumit pengetahuan umum tentang gambar dalam arsitektur, termasuk pengertian atau definisi denah, tampak,potongan, site plan, lay out,dsb.

Secara umum, menurut fungsi dan tujuannya gambar dalam arsitektur dapat dibagi menjadi dua jenis:

1. Gambar Presentasi


gambar presentasi, render, architectural rendering, house, neighborhood, render rumah, gambar rumah, desain rumah 3d, gambar rumah tiga dimensi

sketch, architecture sketch, house sketch, gambar sketsa, sketsa rumah, sketsa pensil, pencil sketch, architectural drawing

Gambar presentasi atau gambar arsitektur memang dibuat untuk keperluan showcase. Oleh sebab itu, ia sengaja dibuat tampak seindah mungkin. Bahkan, tak jarang gambar ini mendapat sentuhan efek dramatis agar lebih tampak impresif. Tujuannya, tentu agar menarik perhatian dan menunjukkan pesona dari arsitektur itu sendiri.

Meskipun demikian, aspek informatif dari gambar tetap harus diperhatikan, karena gambar arsitektur tidak sama dengan lukisan yang cukup indah saja, tapi harus bersifat informatif juga bagi yang mengamati. Misalnya gambar denah, meskipun dalam denah presentasi tidak selalu jelas manampilkan, misalnya, posisi kolom atau material dinding, gambar tersebut tetap harus dapat menunjukkan dengan baik jenis ruang, sirkulasi, dsb.

2. Gambar Teknik
gambar potongan, gambar teknik, potongan rumah, arsitektur, potongan melintang, notasi gambar, notasi material
gambar potongan, gambar teknik, potongan rumah, arsitektur, potongan melintang, notasi gambar, notasi material



gambar teknik arsitektur, detail pondasi batu kali, jenis-jenis pondasi, macam-macam pondasi, material pondasi


Sesuai namanya, gambar teknik atau gambar konstruksi memuat informasi-informasi teknis suatu bangunan dengan lebih mendetail, misalnya material yang dipakai, konstruksi sambungan, posisi kolom-balok, plumbing (perpipaan), kelistrikan, dsb. Gambar seperti ini dipakai sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan di lapangan. Karena fungsinya demikian, tidak seperti halnya gambar presentasi yang memang mengedepankan keindahan, gambar teknik sangat menekankan ketepatan dan kelengkapan gambar.


Denah, Tampak, Potongan

Gambar arsitektur sendiri ada bermacam, seperti denah, tampak, potongan, site plan, &lay out. Berikut adalah penjelasan mengenai gambar-gambar tersebut beserta pengertian atau definisinya.


rumah modern


Denah
Denah adalah tampak atas bangunan yang seolah-olah dipotong secara horizontal setinggi 1m dari ketinggian 0.00 bangunan tersebut. Bagian atas bangunan yang terpotong dihilangkan sehingga bagian lantainya yang terlihat. Level (ketinggian) 0.00 ditentukan oleh arsitek.


gambar arsitektur, architecture drawing, plan, gambar denah, pengertian denah, definisi denah

gambar arsitektur, architecture drawing, plan, gambar denah, pengertian denah, definisi denah

gambar arsitektur, architecture drawing, plan, gambar denah, pengertian denah, definisi denah


Pada gambar denah presentasi, ada yang menggambar bagian dinding yang terpotong dengan diblok warna hitam, sementara kolom diberi warna putih atau warna kontras lain untuk pembedaan. Ada juga yang menggambar dinding hanya dengan satu warna saja. Sementara, pada gambar teknik, karena digunakan untuk pekerjaan lapangan, bagian yang terpotong tersebut perlu dilengkapi dengan notasi material sebagai pedoman pengerjaan. Untuk teknik penggambaran, bagian denah yang “terpotong” tadi digambar dengan garis yang lebih tebal, sisanya digambar menggunakan garis yang lebih tipis.

Fungsi denah sendiri antara lain untuk menunjukkan:
- fungsi ruang
- susunan ruang
- sirkulasi ruang
- dimensi ruang
- letak pintu dan bukaan
- isi ruang
- fungsi utilitas ruang (air, listrik, AC, dll.) pada denah-denah tertentu


Layout
Secara prinsip, lay out kurang lebih sama dengan denah, hanya saja ia digambarkan mencakup area yang lebih luas. Jadi, tidak hanya menampilkan bangunan, gambar lay out juga dilengkapi dengan lingkungan sekitar bangunan seperti misalnya taman, jalan, dan bangunan-bangunan tetangga.

Kawasan
Gambar layout yang cakupannya sangat luas melebihi kota/desa/wilayah.

Site Plan
Site plan merupakan tampak atas bangunanbeserta lingkungan sekitarnya.

Tampak
Wujud luar fisik bangunan yang tampak secara dua dimensi. Gambar tampak dapat digambar secara plain atau ditambah efek bayangan untuk mempertegas dimensi atau maju mundurnya bidang pada bangunan.
gambar arsitektur, architecture drawing, elevation, gambar tampak, pengertian tampak, definisi tampak

gambar arsitektur, architecture drawing, elevation, gambar tampak, pengertian tampak, definisi tampak

Fungsi gambar tampak antara lain untuk menunjukkan:
- dimensi bangunan
- proporsi
- gaya arsitektur
- warna & material
- estetika

Arah pandang untuk gambar tampak sendiri tidaklah pasti. Bisa disesuaikan arah mata angin (tampak utara, tampak timur, dll.) atau sesuai view tertentu seperi tampak dari danau, tampak dari jalan raya, dsb. Selain itu bisa juga hanya dinamai tampak A, tampak B, dst. sesuai keinginan arsitek yang ditentukan juga pada denah.

Potongan
Gambar dari suatu bangunan yang dipotong vertikal dan memperlihatkan isi atau bagian dalam bangunan tersebut. Bagian bangunan yang dipotong serta arah pandangnya disertakan dalam denah agar gambar keseluruhan dapat dibaca secara komprehensif.

Fungsi potongan antara lain untuk menunjukkan:
- Struktur bangunan
- Dimensi tinggi ruang
gambar arsitektur, architecture drawing, section, gambar potongan, pengertian potongan, definisi potongan

gambar arsitektur, architecture drawing, section, gambar potongan, pengertian potongan, definisi potongan

Untuk kriteria penggambaran, menggambar potongan prinsipnya kurang lebih sama dengan denah, yakni bagian yang terpotong digambar dengan garis tebal dan diberi notasi material bila merupakan gambar kerja.

Potongan umumnya digambar secara dua dimensi. Namun, ada juga yang disebut potongan ortogonal, yaitu gambar potongan yang berkesan tiga dimensi karena digambar dengan teknik gambar perspektif satu titik lenyap yang diletakkan di dalam bangunan.


Artikel terkait: 
Alat Gambar Dasar Bagi Mahasiswa Arsitektur